Mengenal Zulkifli Lubis, si James Bond dan Bapak Intelijen Indonesia yang Dikenal Sangar
JAKARTA- Mengenal Zulkifli Lubis, si James Bond dan bapak intelijen Indonesia yang dikenal sangar memang menarik untuk dibahas.
Di masa penjajahan, Indonesia memiliki seorang tokoh yang memiliki tugas selayaknya James Bond, yakni Zulkifli Lubis.
Namanya mungkin terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia kini, namun tidak di kalangan agen khusus. Hal ini berawal saat pemerintah Indonesia mendirikan BIN sebagai badan intelijen untuk pertama kalinya pasca Proklamasi 1945. Saat itu, badan tersebut bernama Badan Istimewa (BI).
Kolonel Zulkifli Lubis didaulat menjadi pemimpin lembaga ini. Dia merupakan lulusan sekaligus komandan intelijen yang pertama.
Apalagi sejak muda bertugas menjadi agen rahasia dan menjadi spymaster atau tokoh intelijen paling hebat di Indonesia. Jika dilihat dari wajahnya memng tak menampakkan tanda seorang agen rahasia, namun ia memiliki sepak terjang yang luar biasa di lapangan.
Perjalanannya di dunia intelijen bermula saat menempuh pendidikan AMS-B di Yogyakarta. Kala itu, ia hanya menyelesaikan pendidikan hingga kelas dua, sebab sebelum pendidikannya usai Jepang keburu menduduki Indonesia.
Tentara Dai Nippon saat itu menutup segala bentuk pendidikan yang diikuti oleh warga pribumi. Alhasil, Zulkifli pun masuk Seinen Kurenso (tempat latihan pemuda) setelah diajak teman sekolahnya, Pawoko.
Dua bulan menjalani latihan semimiliter dan indoktrinasi. Ia pun teringat nasihat kedua orang tuannya saat hendak ke Yogyakarta.
Sang Ayah selaku Pamongpraja berpesan Met de hoed in de hand, komt je in de gang in de wereld (dengan menghargai orang lain, dunia akan menerimamu). Pesan itu selalu diingatnya hingga menjadi intelijen hebat.
Setelah selesai penididikan Seinen Kurenso, Zulkifli bergabung dengan Seinen Dojo pada 1943.
Selama 6 bulan, di usianya yang saat itu 19 tahun, ia mengikuti pendidikan yang keras dan tanpa ampun oleh Letnan Yanagawa dan Letnan Marusaki, perwira Beppan (Dinas Intelijen Khusus Tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang).
Zulkifli diajari terkait teknik-teknik dasar militer, latihan fisik seperti senam, renang, sumo dan kendo. Ilmu pengetahuan seperti bahasa Jepang, sejarah kolonialisme Belanda, dan peristiwa-peristiwa dunia juga diperolehnya.
Tak hanya itu, di bidang intelijen, ia mempelajari taktik spionase, kontraintelijen, propaganda, konspirasi, pengintaian, penghubung, dan kamuflase.
Merasa kurang, Zulkifli terus belajar hingga Malaysia dan Singapura. Di negeri Singa tersebut, ia dipertemukan dengan Fujiwara Kikan (Badan rahasia Jepang untuk Asia Tenggara).
Zulkifli muda pun kembali menimba ilmu intelijen langsung dengan Mayor Ogi, perwira Jepang yang sukses membuat Perancis bertekuk lutut tanpa perang berkat aktivitas spionasenya.
Setelah kemerdekaan, Zulkifli mendapat restu untuk mendirikan Badan Rahasia Negara Indonesia (Brani) pada 7 Mei 1946. Organisasi tersebut dibentuknya sebagai payung satuan-satuan intelijen yang bergerak di bawah para komandan lapangan di seluruh Jawa.
Guna menunjang organisasi tersebut, dibentuk pula Field Preparation (FP) di daerah-daerah. Brani dan FP langsung berada di bawah Presiden Soekarno sebagai antisipasi menguatnya militer Belanda di Indonesia. Begitu besar ilmu intelijen yang dimilikinya, Zulkifli pun disebut sebagai bapak intelijen Indonesia.
(RIN)