Kecantikan Putri Sunda Bikin 2 Petinggi Kerajaan Majapahit Selisih Pendapat

Kecantikan Putri Sunda Bikin 2 Petinggi Kerajaan Majapahit Selisih Pendapat

Gaya Hidup | BuddyKu | Rabu, 4 Januari 2023 - 06:44
share

GAJAH Mada seorang mahapatih Kerajaan Majapahit ini disebut bisa mempengaruhi orang lain sekalipun raja. Hal ini terlihat pada peristiwa Perang Bubat yang terjadi antara pasukan Majapahit dengan pasukan Sunda.

Gajah Mada yang menjadi penentu kebijakan kedua setelah Hayam Wuruk, justru berbalik. Saat itu perjalanan rombongan Sunda ke Majapahit untuk melaksanakan pernikahan anak Raja Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi dengan Hayam Wuruk gagal total.

Kidung Sunda sebagaimana dikutip dari buku "Gajah Mada : Sistem Politik dan Kepemimpinan" dari Enung Nurhayati mengisahkan bagaimana Gajah Mada menjadi sutradara di balik Perang Bubat itu. Tak ayal citra Gajah Mada di Kidung Sunda itu disebutkan begitu buruk.

Gajah Mada sebagai seorang patih yang mempunyai peranan yang kuat dalam menentukan bahkan mempengaruhi Hayam Wuruk, untuk mengubah pendirian dan tindakan raja terhadap Raja Sunda dan putrinya. Gajah Mada dalam mempengaruhi rajanya lebih mementingkan wibawa raja sebagai penguasa kerajaan daripada perasaan raja sebagai manusia.

Sebagai negarawan, Gajah Mada membuat kebijakan yang seolah-olah membenarkan berbagai cara, kebijakannya tidak dipahami oleh menteri-menteri lainnya. Alhasil pendirian Hayam Wuruk sang raja muda yang belum mempunyai istri ini pun goyah, terlebih kecantikan putri Sunda itu memang begitu menawan hatinya.

Semula Raja Hayam Wuruk ditanya oleh Raja Kahuripan dan Raja Daha, dua raja di bawah wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit, tentang bagaimana perasaannya ke putri Sunda Syah Pitaloka Citraresmi. Hayam Wuruk pun mantap menjawab bahwa dia mencintai Dyah Pitaloka Citraresmi dan ingin menikahinya.

Justru Gajah Mada-lah yang tidak setuju dengan tindakan sang raja yang notabene atasannya. Hal inilah yang membuat semua menteri yang menghadap tegang mengetahui perbedaan pandangan antara dua pucuk pimpinan tertinggi di Kerajaan Majapahit.

Sambil mengawasi Gajah Mada, semua menteri hanya bisa bertanya-tanya dalam hati apa yang dikehendaki Gajah Mada. Petikan-petikan naskah Kidung Sunda menceritakan tentang situasi semula dari para menteri, para penjaga, dan para pelayan pribadi raja yang setuju terhadap kehendak raja, namun prihatin terhadap perbedaan kehendak dari Gajah Mada.

Topik Menarik