Kisah 5 Mantan Jenderal TNI yang Hidup Sederhana, Nomor 4 Menolak Diberikan Pengawal dan Ajudan
JAKARTA, iNews.id - Jenderal TNI merupakan pangkat tertinggi di lingkungan TNI AD. Fasilitas negara melekat pada Jenderal TNI jika masih bertugas untuk membantu pekerjaan.
Namun, fasilitas tersebut hilang saat Jenderal TNI sudah pensiun. Ada sejumlah Jenderal TNI yang terkenal karena kesederhanaannya.
Berikut ini lima Jenderal TNI yang terkenal sederhana seperti dirangkum i News.id , Jumat (16/12/2022):
1. Jenderal AH Nasution
Jenderal Abdul Haris Nasution (AH Nasution) merupakan panglima yang terkenal sebagai peletak dasar perang gerilya dalam melawan Belanda. Berbagai prestasi ditorehkan oleh AH Nasution selama mengabdi kepada negara.
Namun di masa tuanya, Jenderal AH Nasution hidup dengan sederhana. Seperti dikutip dari 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia karya Floriberta Aning, AH Nasution hidup di rumah yang sederhana di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta.
AH Nasution, bahkan sempat tidak mendapat aliran air di rumahnya karena kesulitan ekonomi tak lama setelah pensiun.
AH Nasution tutup usia di RS Gatot Soebroto, pada 6 September
2000 pukul 07.00 WIB.
Selanjutnya, Mayjen Mung Parahadimulyo dan Jenderal Try Sutrisno
2. Mayor Jenderal TNI Mung Parahadimulyo
Mayjen TNI (Purn) Mung Parahadimulyo sangat dikenal Kopassus. Dia pernah memimpin RPKAD (cikal bakal Kopassus) pada 1958-1964.
Mung dikenal sebagai jenderal yang bersahaja. Ini diceritakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam bukunya. Meski seorang jenderal, Mung ternyata tak punya pembantu rumah tangga.
Bangun pukul 04.30 WIB, Mung menyapu dan mengepel rumah. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, barulah jenderal kelahiran Yogyakarta itu berangkat ke kantor.
Tetapi tidak hanya itu yang membuat banyak orang terkesan. Mung juga sangat disiplin dan menempatkan urusan dinas bukan menjadi hal pribadi. Salah satunya tentang kendaraan.
Lantaran Mung tak memiliki kendaraan lain selain kendaraan dinas, anak Mung harus berjalan kaki ke sekolah sedangkan istrinya naik becak untuk belanja.
3. Jenderal Try Sutrisno
Mantan Panglima ABRI dan Wakil Presiden keenam RI, Jenderal (Purn) TNI Try Sutrisno patut dijadikan teladan tentang kesederhanaan. Try Sutrisno menceritakan dirinya justru menyicil rumah selama 15 tahun justru setelah dirinya pensiun dari jabatan Panglima ABRI.
Cerita itu disampaikan Try melalui wawancara di akun Youtube Irma Hutabarat - HORAS INANG yang dilihat Kamis (17/11/2022).
Ketika pensiun beliau tidak punya rumah dan tak punya uang. Nyicil selama 15 tahun untuk membayar rumah yang dihuni sekarang ini, Rp85 juta harganya. Seorang Jenderal bintang 4 yang pernah jadi Pangdam berkali kali, KASAD, PANGAB TNI, dan Wakil Presiden, tulis Irma.
Pria kelahiran Surabaya tahun 1935 itu mengatakan dia memilih rumah dinas Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk dibeli dengan cara dicicil. Dia menjelaskan saat itu sebagai mantan KSAD dipersilakan membeli rumah dinas KSAD.
Saya milih rumah KSAD, saya enggak punya, ditawari. Adik-adik saya gak minta, saya dipersilakan Bapak boleh mantan KSAD beli rumah dinas. Saya waktu itu jadi KSAD 4 tahun. Saya gak mikir (rumah), ujarnya.
Selanjutnya, Jenderal M Jusuf dan Jenderal Djoko Santoso
4. Jenderal M Jusuf
Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir atau dikenal dengan M. Jusuf merupakan tokoh militer yang sangat dikenal di kalangan prajurit.
Dia pernah menjabat sebagai Panglima TNI periode 1978-1983. Sebagai jenderal lapangan, M. Jusuf kenyang dengan pengalaman tempur.
Dikutip dari buku Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, Jenderal M. Jusuf juga merupakan Jenderal TNI yang sederhana dan bersahaja.
Penampilan beliau yang sederhana, rendah hati juga sangat mengesankan saya. Saya pernah berkunjung ke rumahnya pada saat saya berpangkat Kapten pada 1982. Lalu pada 1995 ketika menjadi Brigadir Jenderal saya juga mengunjungi Jenderal Yusuf karena beliau saya anggap panutan dan mentor, ucapnya.
Ketika itu, Prabowo yang baru saja pecah bintang menjadi Brigjen TNI mengunjungi kediaman Jenderal M. Jusuf di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat sekitar pukul 19.00.
Saya mengunjungi Jenderal Jusuf setelah saya melakukan laporan korps kenaikan pangkat pada Panglima ABRI (Pangab) yang ketika itu dijabat Jenderal Feisal Tanjung serta setelah mendatangi orang tua saya dan Pak Harto, kata Prabowo.
Setelah lampu menyala, betapa kagetnya Prabowo karena tidak ada yang berubah dengan perabot di rumah Jenderal M Jusuf. Bahkan beberapa di antaranya sudah terlihat kusam.
Saya kaget semua furniture, kursi dan mebel yang ada di rumah tersebut sama persis dengan yang saya lihat waktu dulu ke rumah beliau ini pada tahun 1982. Warnanya sudah terlihat sangat belel bahkan kursi-kursinya dan benang-benangnya sudah mulai lepas, ucap Prabowo.
Perjalanan Hijrah Gary Iskak Menyentuh Hati, Tak Pernah Tinggalkan Sholat hingga Tutup Usia
Padahal, Jenderal M. Jusuf bukan orang sembarangan. Dia pernah menduduki sejumlah jabatan penting di pemerintahan Presiden Soeharto seperti, Menteri Perdagangan, Menhankam/Pangab selama 5 tahun, Menteri Perindustrian selama 10 tahun serta Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selama 5 tahun, namun kehidupannya jauh dari kata glamour.
Tapi beliau tidak mau membeli mobil baru, tidak memiliki penjagaan dan tidak mempunyai ajudan, tulis Prabowo.
Melihat kondisi M. Jusuf seperti itu, Prabowo kemudian menawarkan pengawal dan ajudan dari Kopassus. Terhadap tawaran itu, M. Jusuf mengatakan akan menghubunginya jika membutuhkan pengawalan dan ajudan. Namun seiring perjalanan waktu, M. Jusuf tidak pernah menghubunginya.
5. Djoko Santoso
Seusai meninggalkan karier militer, Jenderal Djoko Santoso menggeluti dunia politik. Dia memilih bergabung dengan Partai Gerindra dan menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Di kalangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), jejak karier Djoko praktis tidak tercela. Seperti dikutip dari Sindonews, 10 Mei 2020, Djoko Santoso tidak ada kaitan dengan masalah bisnis, perusahaan, dan yayasan TNI yang sering menimbulkan permasalahan nasional.
Suami dari Angky Retno Yudianti ini dikenal sebagai sosok low profile. Kesederhanaan Djoko Santoso dimulai dari kecil. Djoko Santoso yang menyadari bahwa ayahnya hanya pensiunan guru dan penghasilan yang pas-pasan, harus bekerja keras untuk mewujudkan impiannya.
Djoko Santoso meningal setelah berjuang melawan pendarahan otak yang dialaminya. Djoko Santoso sempat menjalani operasi pendarahan otak di RSPAD Gatot Subroto sebelum akhirnya dipanggil Sang Pencipta pada 10 Mei 2020.










