Adat Masyarakat Lampung Saibatin
JAKARTA, iNews.id - Adat masyarakat Lampung Saibatin merupakan salah satu adat yang berada di Provinsi Lampung. Masyarakat adat Lampung disebut-sebut sudah ada sejak abad ke-12 SM.
Adat Lampung diketahui terbagi dalam dua kelompok adat besar yakni Masyarakat Adat Pepadun dan Saibatin. Meski, sama-sama suku dari Lampung, keduanya ternyata tidak sama.
Wilayah persebaran Saibatin mencakup Lampung Selatan, Bandarlampung, Pesawaran, Tanggamus, dan Lampung Barat atau daerah pesisir Lampung.
Saibatin mempunyai makna satu batin atau memiliki satu junjungan. Ini merujuk pada tatanan sosial dalam suku Saibatin. Pasalnya hanya ada satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan.
Masyarakat Saibatin enganut sistem kekerabatan patrilineal atau mengikuti garis keturunan ayah. Meski demikian, Suku Saibatin memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi.
Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis, karena kedudukan adat seperti raja hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan.
Hal ini berbeda dengan suku pepadun di mana setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak Pepadun.
Tidak ada upacara tertentu dalam adat Saibatin yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota.
Siger pengantin Suku Saibatin memiliki tujuh lekuk. Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas.
Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat, di antaranya dalam prosesi pernikahan.
Untuk Saibatin, busana pengantin pria berupa jas yang terbuat dari bahan beludru bermotif floral bunga tabur, salur, atau pucuk rebung.
Sebagai atribut, pengantin pria memakai kopiah tungkus atau tukkus, dan perhiasan seperti gelang dan kalung.
Sama halnya dengan pakaian pengantin pria, busana pengantin perempuan kebanyakan terbuat dari beludru bermotif sama.
Panjang busana di bawah lutut dilengkapi dengan selempang jungsarat, yaitu selempang sejenis songket yang disalempangkan dari bahu kanan ke pinggang kiri.
Hiasan kepala mempelai wanita memakai siger yang berjumlah tujuh lekukan.
Pakaian adat Saibatin merupakan sebuah makna yang berarti satu batin serta memiliki satu junjungan. Semua ini sesuai dengan susunan sosial.








