12 Mitos Tentang Stroke yang Tidak Boleh Lagi Dipercaya!
ADA 12 mitos tentang stroke y ang tidak boleh lagi dipercaya oleh masyarakat. bisa terjadi karena kurangnya pasokan darah ke otak akibat penyumbatan (stroke iskemik), atau bisa juga karena pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Banyak orang mengasosiasikan stroke dengan orang tua.
Oleh sebab itu mengenali beberapa gejala awal stroke sangat diperlukan bagi masyarakat. Hal ini dapat membantu menyelamatkan nyawa seseorang dan mengurangi jumlah penyandang disabilitas akibat dari serangan stroke.
Berikut 12 mitos tentang stroke yang tidak boleh lagi dipercaya yang dirangkum Okezone dari berbagai sumber:
1. Mitos: Penyakit stroke banyak menyerang usia tua
Umumnya memang penderita stroke dialami oleh seseorang berusia 60 tahun ke atas. Tapi malah saat ini ada pergeseran tren penyakit yang diidap oleh orang-orang muda. Seseorang berusia 18-65 tahun malah rentan stroke, apalagi yang memiliki faktor risiko obesitas dan hipertensi.
2. Mitos: Stroke terjadi di jantung
Sinopsis Sinetron Cinta Sepenuh Jiwa Eps 56: Hasbi Paksa Meisya Aborsi Ilegal di Dukun Beranak
Banyak yang mengira stroke terjadi pada di Jantunga. Faktanya "Stroke terjadi di otak," kata Ahli Saraf Dr Rybinnik.
Saraf sel-sel otak, yang disebut neuron, memerlukan aliran darah dan nutrisi dan oksigen dalam darah untuk bertahan hidup dan fungsi. Jika suplai darah ke neuron di otak terputus karena gumpalan darah atau penyakit pembuluh darah, saraf akan mati dan jadilah penyakit stroke.
3. Mitos: Stroke tidak dapat dicegah
Anggapan stroke tidak dapat dicegah adalah salah. Salah satu yang terbesar studi pada stroke, 90% penyakit ini muncul diawali dengan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Semua itu dapat dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat, seperti mengatur pola makan, tidak merokok, rajin olahraga dan aktivitas, serta beberapa hal penting lainnya.
4. Mitos: Stroke tidak dapat diobati
Faktanya sebagian besar dari stroke iskemik, yang disebabkan oleh gumpalan darah dapat diobati. Rybinnik menjelaskan, pasiennya harus menjalankan beberapa pengobatan seperti operasi, fisioterapi, atau hal lainnya yang menguntungkan seorang pasien. Semua metode pengobatan seharusnya sesuai persetujuan medis supaya tidak berisiko fatal.
5. Mitos:Stroke adalah selalu sakit kepala
Faktanya, hanya sekira 30 persen orang akan memiliki sakit kepala. Padahal Gejala yang paling umum dari stroke termasuk mendadak timbulnya kelemahan gerak penglihatan ganda, linglung, kurangnya koordinasi gerak, dan sulit bicara. Jika pasien mendadak alami gejala tersebut sebenarnya bisa dibantu dengan metode FAST, yang menolong pasien.
6. Mitos: Stroke tidak turun-temurun
Faktanya, selain akibat faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan obesitas, seseorang yang punya genetik stroke juga mudah mengalaminya. Genetik itu akan mudah diwariskan, apabila seseorang melakukan gaya hidup tidak sehat dari hari ke hari.
7. Mitos: Merokok tidak mempengaruhi kesempatan Anda untuk alami stroke
Faktanya, rokok adalah salah satu yang terbesar faktor risiko stroke, terutama pada orang-orang muda. Anda lebih rentan mengidap iskemik dan hemoragik stroke, yang diawali dari stroke ringan sampai berat dengan tanda-tanda kelumpuhan.
8. Mitos: Stroke bukan keturunan
Faktanya, risiko seseorang terkena stroke akan lebih besar jika orangtua, kakek, nenek, maupun saudara kandung menderita stroke .
9. Mitos: Pemulihan stroke berlangsung cepat
Faktanya, pemulihan stroke bisa memakan waktu hingga bertahun-tahun, bahkan hingga sisa akhir hidup seseorang meski perawatan awal yang diterima menghasilkan penyembuhan yang cepat. Sangat penting bagi pasien stroke untuk mengontrol faktor risiko yang menyebabkan stroke dan faktor lain yang bisa membuatnya kambuh.
10 Mitos: Melakukan tusuk jarum di area telinga, jari tangan dan jari kaki
Faktanya, stroke terjadi karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak bukan pada pembuluh darah tepi anggota tubuh lainnya. Melakukan tusuk jarum pada anggota tubuh berisiko infeksi bila jarum tidak steril.
11 . Mitos: Stroke dan kejang adalah kondisi yang sama
Fakta: Kejang dan stroke adalah dua kondisi gangguan neurologis yang berbeda. Stroke merupakan sebuah kondisi yang terjadi karena kurangnya suplai darah atau terjadinya pendarahan di otak. Sedangkan kejang dapat disebabkan oleh perubahan fisik, perilaku atau karena pelepasan listrik yang tidak normal dan berlebihan di otak. Kejang juga bisa terjadi akibat stroke.
12 Mitos: Mulut mencong (pelo) dianggap akibat magic maka berobat ke dukun
Faktanya, mulut mencong (pelo) merupakan salah satu gejala awal stroke yang harus segera dibawa ke rumah sakit agat segera ditangani.
(RIN)







