Berkebun di Tengah Kota, Soraya Cassandra Bagikan Kecintaannya pada Tanaman hingga Mimpi Besar Kebun Kumara
Kagum, jadi salah satu hal yang terlintas di benak saya ketika berkesempatan mewawancarai Siti Soraya Cassandra, co-founder dari Kebun Kumara. Obrolan terus mengalir hingga tak terasa obrolan sudah berlangsung hampir satu jam. Banyak insight dan cerita seru yang saya dengarkan, mulai dari kecintaan Sandra dengan tanaman,mimpi besar Kebun Kumara, hingga tentang konservasi alam. Untuk mengetahui lebih lengkap, simak hasil perbincangan saya dan Sandra \'Kebun Kumara\' di bawah ini!
Awal mula berkebun hingga kini jadi bagian penting di dalam keluarga kecil Soraya Cassandra

Sumber: Instagram @sorayacassandra
Tanaman hias, nampaknya jadi awal mula kecintaan Sandra kepada dunia gardening. Seiring berjalannya waktu, Sandra juga tertarik untuk memiliki kebun pangan sendiri. Tepatnya, setelah ia berkesempatan untuk belajar permaculture di Bumi Langit, Yogyakarta. Bukan tanpa alasan, Sandra melihat kebun pangan ini sebagai wadah yang bisa diintegrasikan dengan rumah dan kehidupan sehari-hari, yang memiliki dampak besar untuk menjalin hubungan manusia dengan alam, serta sumber makanannya.
"Aku dapat kesadaran itu setelah dari Jogja, sih. Iya, ya, dari dulu kan makanan itu kebutuhan dasar kita, dari dulu budaya Indonesia itu kan menandur , ya. Jadi, mau dia dokter, insinyur, pejabat, mereka itu berkebun di rumah. Kok bisa ya itu hilang? Padahal ini kan udah survival banget, kenapa kita nggak bisa numbuhin makanan sendiri, ya ?" ujar Sandra.

Sumber: Instagram @sorayacassandra
Tentu tak seindah yang dibayangkan, sebelumnya Sandra sendiri merupakan seorang karyawan kantoran yang bekerja 9 to 5. Ia merasa pekerjaan tersebut kurang cocok dengannya dan setelah banyak introspeksi diri, Sandra akhirnya mantap untuk memulai hobi berkebun, sekaligus menjadi sarana meditasi dan terapi untuknya.
As time goes by, setelah berkebun sejak 2015, Sandra berhasil menuai banyak sekali manfaat. Di luar dari hasil kebun hingga pelajaran hidup yang didapat, kini Sandra semakin merasakan berkah dari apa yang selama ini ia tanam. Bahkan, ketika memiliki buah hati pun, Sandra semakin menyadari bahwa dengan adanya kebun ini, ia bisa memperkuat pengalaman dan hubungan interpersonal keluarga.
"Kita punya ruang yang sehat, yang begitu magis dan misterus, untuk jadi wadah kita sama-sama berinteraksi sama si alam, tapi juga memiliki quality time yang baik. Di rumah ini, kita semai bareng, nyemprot pupuk bareng, menanam, panen, dan makan pun bareng. Menurut aku sangat kaya aja, sih, pengalaman bareng keluarga yang aku dapetin saat berkebun," ujar perempuan yang mengibaratkan dirinya sebagai tanaman liar daruju yang tak mudah mati seperti kemauannya.
--------------------------------------- SPLIT PAGE ---------------------------------------
Mimpi besar Sandra & Kebun Kumara

Sumber: Instagram @kebunkumara
Sudah cukup berubah, kini Kebun Kumara sendiri memiliki dua lini bisnis, edukasi dan lanskap. Dari segi edukasi, Kebun Kumra membuat beberapa program seperti workshop dan kegiatan Nature Playschool untuk anak-anak. Sedangkan untuk lanskap, Kebun Kumara menyediakan jasa untuk penggarapan kebun pangan, mulai dari desain, konstruksi, hingga perawatan.
Pada dasarnya, dua hal tersebut merupakan bentuk perpanjangan tangan dari mimpi besar Kebun Kumara untuk menghubungkan dan mendekatkan kembali masyarakat kota dengan alam. Lantas, mengapa Kebun Kumara merasa perlu melakukan hal itu? Mereka melihat bahwa peran masyarakat kota untuk alam sendiri sudah sangat terputus. Kenyataannya, informasi mengenai isu lingkungan sudah sangat tersebar, tetapi mereka masih belum juga bergerak. Hal ini salah satunya disebabkan karena tidak adanya kedekataan dengan alam itu sendiri.
Perjalanan Hijrah Gary Iskak Menyentuh Hati, Tak Pernah Tinggalkan Sholat hingga Tutup Usia
Meski begitu, jika ditanya perihal mimpi besar lain yang lebih spesifik, Sandra mengaku bahwa Kebun Kumara suatu saat nanti ingin membuat sekolah. Pelan-pelan mimpi itu mulai ada titik terang. Kebun Kumara memulai mimpinya dengan program Nature Playschool untuk anak berusia 9-12 tahun. Kedepannya, jika sekolah tersebut berhasil berjalan sesuai harapan, murid akan tetap belajar kurikulum pada umumnya, tetapi diimbangi dengan ilmu dan praktik langsung di alam yang lebih konkret. Semua ini dilakukan sebagai bekal mereka agar hubungan dengan alam di masa depan tidak semakin terputus.
"Bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Jadi, kita harus do something"

Sumber: Instagram @sorayacassandra
Berbicara soal alam secara luas, kebetulan belum lama ini dunia juga memperingati World Nature Conservation Day 2022 (28/07) yang bertujuan untuk menciptakan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya dan konservasialam. Terlebih, di tengah semakin banyaknya tantangan seperti perubahan iklim, penggundulan hutan, hilangnya habitat satwa liar, polusi, dan banyak lagi.
Menanggapi hal tersebut, Sandra menyampaikan pandangannya tentang upaya yang bisa kita lakukan untuk mendorong khalayak masif agar mau dan bisa benar-benar menyadari pentingnya konservasi alam. Tidak lain, dimulai dengan cara menciptakan sebuah aksi yang bisa dilakukan sehari-hari.
Lantas, bagaimana agar seseorang bisa mau melakukan aksi kolektif dalam kesehariaan masing-masing? Tentunya, setiap orang harus punya kesadaran untuk mau mencari tahu isu alam yang sedang terjadi, mau mencari tahu caranya, dan harus mendapat dukungan dari banyak pihak . Beruntungnya, kini semua informasi sudah bisa diakses dengan cepat di media sosial.
"Mau untuk sedikit tidak nyaman, karena bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Jadi, kita harus do something, kalau enggak kita nanti juga jadi enggak baik-baik saja. Jadi emang everybody has to be a little bit uncomfortable for the greater good aja," tutup Sandra.
Nah, membaca penjelasan insightful dari Sandra, yuk, sama-sama kita realisasikan segala bentuk konservasi alam dengan menciptakan aksi kolektif yang bisa dilakukan sehari-hari demi masa depan bumi yang lebih baik!





