Review 'Ranah 3 Warna': Kisah Anak Rantau yang Hampir Kehilangan Kesabaran
Setelah tertunda pandemi, film \'Ranah 3 Warna\' akhirnya siap hadir di bioskop Indonesia. Cerita yang diadaptasi dari sebuah novel terlaris karya Ahmad Fuadi ini menjadi salah satu film ini akhirnya diperkenalkan kepada awak media melalui Gala Premierenya sebelum tayang secara nasional.
Film Ranah 3 Warna ini disutradarai oleh Guntur Soeharjanto yang namanya sudah tak asing lagi di industri perfilman Indonesia. Film ini sebelumnya sempat terpilih menjadi opening film dalam Jakarta Film Week 2021.
Selain ketiga pemeran tersebut, Film Ranah 3 Warna juga didukung oleh beberapa pemain muda serta aktor dan aktris senior, seperti Raim Laode, Risma Neneng Wulandari, Sadana Agung, Maudy Koesnaedi, David Chalik, Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Tanta Ginting, dan beberapa aktor pendukung lainnya.
Sipnosis Ranah 3 Warna.
Film ini berfokus pada perjuangan Alif Fikri (Arbani Yasiz), anak kampung dari pinggir Danau Maninjau yang ingin mengikuti idolanya, BJ Habibie, belajar dan merantau jauh sampai ujung dunia.
Sayangnya, rencananya tidak mulus karena dia tidak bisa langsung kuliah di perguruan tinggi umum. Dengan perjuangan keras, dia akhirnya bisa kuliah di Bandung dan tidak pernah melupakan cita-citanya bisa ke benua Amerika. Di Bandung, ia menginap di kost milik Randai,(Teuku Rassya) teman dekat sekaligus pesaing berat Alif lantaran suka terhadap perempuan yang sama \'Raisa\'.
Alif yang terobsesi pergi ke Amerika mencoba berbagai peruntungan, salah satunya menjadi penulis di majalah kampus. Sampai akhirnya ia mendapat kesempatan untuk pergi ke Kanada lantaran mengikuti program pertukaran pelajar.
Walau seringkali diremehkan dan dihantam berbagai cobaan, dia terus berjuang sampai titik kesabaran terakhir. Dalam perjalanannya, dia kemudian melintasi tiga Ranah yakni Indonesia, Timur Tengah dan Kanada.
Review Ranah 3 Warna.
Secara garis besar adalah film yang mampu membuat pergolakan emosional bagi para penotonnya. Selain itu, tak hanya menguras emosi dan air mata, film ini sarat akan pesan moral seakan memberikan motivasi dan inspirasi positif untuk berjuang dalam menghadapi hidup, karir, masa depan hingga percintaan.
Salah satu hal pertama yang membuat kepincut dari film ini adalah panorama yang disajikan yang membuai imajinasi penonton. Mulai dari pandangan di kampung halaman Alif, kawasan Jordania, sampai indahnya kota Quebec.
Tak hanya itu, lika-liku cerita dan konflik serta pengenalan karakter-karakter juga sangat memukau. Terutama bagaimana latar belakangnya Alif, karakter ia menghadapi lika-liku kehidupan saat di Bandung juga perlu diberikan apresiasi.
Cara penulis menggarap drama juga tak terlalu monoton, jatuh bangunnya sang tokoh yang harus menerima apa pun yang terjadi benar-benar dibuat dramatis. Terutama bagaimana ia hampir berulang kali putus asa dan emosional karena untuk meraih kesuksesan tidak semudah itu.
Rumitnya hubungan Alif-Raisa-Randai juga membuat penonton cukup gemas lantaran melihat endingnya. Namun hal itu tentunya bukan sesuatu yang buruk.
Namun ada beberapa hal yang sebenarnya sedikit kurang diangkat. Ada yang menaggap bahwa ada beberapa peran yang kurang ditunjukkan sepintas. Salah satunya karakter dari sahabat Alif di kampus. Karena lebih banyak karakter Rusdi yang ditunjukkan, maka karakter yang diperankan Miqdad kurang terangkat yang menjadikan bagian ending ketika mereka berkumpul tidak begitu menyentuh.
Selain itu, simbol sepatu yang berulang kali ditunjukkan ketika ia menginjakkan beberapa lokasi yang ia datangi seharusnya bisa lebih diperkuat. Saat pertama Alif turun dari bis di Bandung, sepatu itu melambangkan ia telah tiba di tanah rantauan pertama.Hal itu juga kembali diperlihatkan saat kamera menyorot sepatu saat turun dan tiba di Jordania. Sayangnya, adegan menapak saat sampai di Quebec tidak disorot lagi.
Meski banyak hal positif karena menyajikan pesan yang positif tentang Man Jadda Wa Jadda dan Man Shabar Zhafirra ini diselipkan dengan cara yang terlalu menggurui. Seandainya bisa lebih diperhalus, mungkin akan lebih keren.
Tambahan lain, perusahaan endorse harus belajar meminta product replacement dengan cara yang lebih halus.
Rating Ranah 3 Warna : 7,8/10





