Fakta Gadis Suku Karen yang Lehernya Pakai Cincin, Makin Panjang Dianggap Makin Cantik
Tradisi memanjangkan leher dengan menggunakan cincin yang melingkar-lingkar yang dilakukan oleh para perempuan Suku Karen bukanlah hal yang baru.
Ya, perempuan Suku Karen dengan sengaja memanjangkan leher mereka demi standar kecantikan yang mereka yakini. Bagi mereka, semakin panjang leher, semakin cantik pula mereka.
Baru-baru ini, sejumlah unggahan video yang dibagikan oleh akun TikTok @shopbeee, membuat keberadaan dan kebiasaan perempuan Suku Karen menjadi viral.
Dalam salah satu video yang beredar, terungkap bagaimana para perempuan Suku Karen saat menggosok leher mereka ketika mandi.
Nyatanya, mereka tidak melepas cincin yang dilingkarkan di leher mereka. Mereka tetap membiarkan cincin besi itu melilit leher mereka, sehingga yang mereka gosok dan bersihkan adalah cincin besi tersebut, bukan leher mereka.
@shopbeee ? ???? ??? - shopbeee ?????
Bukan Asli Thailand
Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi Pecahkan Rekor: Tampil di 6 Edisi Piala Dunia Beruntun!
Berdasarkan sejumlah sumber yang dikutip dari Wikipedia, Suku Karen biasanya juga disebut Kayin, Kariang, atau Yang.
Suku ini pada dasarnya bukan suku asli Thailand. Mereka berasal dari Dataran Tinggi Tibet yang banyak tinggal di Negara Bagian Karen, selatan dan tenggara Myanmar. Seiring waktu, sebagian besar Suku Karen pindah ke Thailand, dan kini banyak bermukim di perbatasan ThailandKaren.
Perihal bagaimana Suku Karen punya anggapan bahwa leher panjang itu cantik, disebut-sebut ada kaitannya dengan budaya patriarki yang sangat mengakar dalam suku tersebut.
Dipasangi Cincin Sejak Kecil
Bahkan, perempuan Suku Karen sudah dipasangi cincin sejak masih kecil. Semakin usia bertambah, lingkar cincin akan semakin ditambah. Dan pantang bagi mereka melepas cincin itu sekalipun saat mereka sedang bekerja.
Cincin leher itu hanya boleh dilepas ketika perempuan tersebut menikah, melahirkan, dan meninggal dunia. Ketika mandi, mereka boleh melepasnya, namun harus segera dipakai kembali.
Melindungi Diri dari Harimau
Tradisi memakai cincin di leher bagi para perempuan Suku Karen ini pada awalnya dilakukan untuk melindungi para perempuan dari serangan harimau di hutan, bertahun-tahun lampau. Sebab, dulu katanya perempuan Karen kerap dimangsa harimau.
Karenanya, pemimpin Suku Karen saat itu membuat perlindungan bagi mereka dengan memakaikan cincin di leher mereka. Mereka percaya bahwa harimau akan takut melihat perempuan yang memakai cincin di leher.
Seiring bergulirnya waktu, ketika serangan harimau sudah tak ada lagi, kebiasaan itu tetap bertahan, dengan pergeseran anggapan dan menjadi cikal bakal standar kecantikan yang mereka tetapkan. Lelaki Suku Karen akan menyukai perempuan yang lehernya sangat panjang.
Sudah Banyak Ditinggalkan
Di era kiwari, tradisi ini sendiri sebenarnya banyak ditinggalkan karena dianggap mengekang kebebasan perempuan. Selain itu, sudah banyak Suku Karen yang sadar bahwa standar kecantikan tersebut konyol.
Namun, tradisi ini masih diteruskan oleh anak-anak perempuan tertentu yang lahir waktu-waktu tertentu. Secara umum, leher mereka akan mulai dipakaikan cincin sejak usia 5 atau 6 tahun.
Mula-mula, mereka akan memakai lima buah cincin. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah cincin akan terus ditambah. Secara umum, rata-rata perempuan Suku Karen memakai hingga 25 cincin di leher mereka, menjadikan leher mereka benar-benar panjang.
Tradisi Diteruskan Demi Turis
Ironisnya, masih diteruskannya kebiasaan ini bukan hanya karena demi merawat tradisi leluhur, tetapi juga demi wisatawan yang berkunjung.
Oleh pemerintah, atas nama pariwisata, para perempuan Suku Karen dijadikan objek tontonan unik demi menyenangkan wisatawan.
Kehidupan Suku Karen di Thailand hingga kini masih jauh dari keadilan. Mereka kerap mendapatkan perlakukan diskriminatif dari pemerintah Thailand. Status mereka sebagai pendatang dimanfaatkan oleh pemerintah Thailand semata-mata sebagai objek wisata.










