Ini Dia Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia, Yuk Kenalan dengan Hewan Saku yang Eksotik!
DEPOK, NETRALNEWS.COM - Apa yang ada di benak kamu kalau mendengar kata "hewan saku"? Ya, hewan yang satu ini memang memiliki tubuh mungil, sehingga mudah dibawa kemana-mana bahkan bisa dimasukkan ke dalam saku kamu.
Nama familiarnya adalah Sugar Glider yang memiliki Bahasa Latin Petaurus brevicep. Sugar Glider ini merupakan hewan eksotik asli dari wilayah Timur Indonesia, Papua. Meski demikian, pecintanya sudah tersebar di seluruh Indonesia lho!
Salah satu yang mewadahi para pecinta Sugar Glider adalah Komunitas Pecinta Sugar Glider Indonesia (KPSGI) yang dibentuk pada tahun 2011. Kala itu penggunaan media sosial tidak semasif pada hari ini, sehingga para pecinta Sugar Glider hanya bisa saling bersapa lewat forum Kaskus. Berawal dari banyaknya pecinta Sugar Glider, akhirnya KPSGI dibentuk.
Perjalanan Hijrah Gary Iskak Menyentuh Hati, Tak Pernah Tinggalkan Sholat hingga Tutup Usia
"Urgensinya, semakin banyak orang yang suka dengan Sugar Glider tetapi tidak ada wadahnya, cuma ada di Kaskus dan aksesnya terbatas. Itu awal mula KPSGI," ujar Pengurus KPSGI Franmastaka Priska Arganata atau akrab disapa Arga saat dihubungi Netralnews, Selasa (31/5/2022).
Kian tahun jumlah anggota KPSGI berkembang, di grup FaceBook (FB) kini sudah ada sekitar 17 ribu yang bergabung. Ribuan anggota tersebar di 19 regional, selain di Pulau Jawa, ada juga di Padang, Palangkaraya, Makassar dan Palembang. Sedangkan anggota aktif ada sekitar 200-300 orang.
Acara rutin yang dilakukan oleh KPSGI diantaranya adalah kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Sebelum Pandemi Covid-19, kegiatan itu biasanya dilaksanakan di titik keramaian masyarakat, misalnya saja Car Free Day (CFD), pameran dan seminar. Tapi di situasi Pandemi Covid-19, sosialisasi dan edukasi seputar Sugar Glider banyak dilakukan melalui media sosial dan webinar.
Saat situasi Pandemi Covid-19, diakui Arga berbagai kegiatan internal KPSGI ada juga yang terdampak. Salah satunya dalam penyelenggaraan gathering nasional tahunan yang beralih menjadi daring. Meski demikian tidak mengurangi antusias dari para anggotanya, turut bergabung sekitar 250 orang dalam acara virtual yang pernah dilakukan.
"Teman di sekitar kita itu biasanya mau memelihara Sugar Glider karena lucu, bagus, bisa dipegang-pegang, akan tetapi ada juga yang suka lupa bahwa timbal balik kita pada Sugar Glider juga besar. Misalnya seperti apa sudah merawatnya dengan benar, memberi makan, dan lain sebagainya, jadi KPSGI juga jadi wadah untuk edukasi para anggotanya," ujar Arga yang bergabung dengan KPSGI sekitar tahun 2013 itu.
Di KPSGI, para anggotanya juga bisa sama-sama belajar terkait mengembangkan varian baru dari Sugar Glider. Informasi itu bisa di dapat dari anggota lain yang berpengalaman dan disertai dengan edukasi yang berkolaborasi dengan para dokter hewan.
Tidak Banyak Dokter Hewan yang Menangani Sugar Glider
Rupanya tidak banyak dokter hewan yang mau dan berpengalaman dalam menangani hewan Sugar Glider. Padahal prinsip KPSGI, meski anggotanya memiliki pengalaman dan pengetahuan banyak tentang Sugar Glider, tetapi untuk menghadapi masalah gangguan kesehatan yang tidak ringan, tentu memerlukan tindakan medis.
Kasus yang kerap terjadi misalnya, Sugar Glider yang berkelahi dengan Sugar Glider lain, anggota KPSGI mungkin bisa memberikan pertolongan pertama,tetapi bila menghadapi kasus luka besar, menjahit, atau amputasi, akan jauh lebih aman bila ditangani oleh dokter.
Masalah kesehatan lain yang biasanya kerap terjadi pada Sugar Glider adalah Hind Leg Paralysis (HLP), over grooming, bulu rontok dan abses pada mulut. Beberapa masalah kesehatan itu dirasa memerlukan penanganan dokter hewan khusus yang bisa menangani Sugar Glider. "Meski kita tahu obatnya, tapi nggak tahu soal dosis, takaran dan injeksinya," sambung Arga.
Ditegaskan Arga, para pecinta Sugar Glider tidak boleh sok tahu dalam menangani Sugar Glider yang alami gangguan kesehatan yang berat. Maka dari itu anggota KPSGI biasanya saling bertukar informasi terkait rekomendasi dokter Sugar Glider dan kerap belajar bersama mengenai penyakit-penyakit Sugar Glider dengan menghadirkan dokter berpengalaman.
Arga duga, minimnya keberadaan dokter hewan yang mau dan bisa menangani karena menganggap Sugar Glider bukan binatang yang populer dan binatang alam. Ada juga dugaan karena Sugar Glider tidak begitu dikenal, sehingga dirasa menjadi tanggungjawab KPSGI juga untuk memberikan sosialisasi pada dokter hewan agar mau dan tertarik untuk mempelajari dan menangani Sugar Glider.
"Memang nggak banyak dokter hewan yang punya konsen lebih di Sugar Glider. Apakah sudah ada dokter yang mulai tertarik? Iya, tapi tidak di seluruh Indonesia jadi tidak tercover. Mungkin ada banyak (dokter hewan yang mau dan bisa tangani Sugar Glider), tapi tidak muncul dipermukaan," ujar Arga.










