Hukum Puasa setelah Nisfu Syaban Benarkah Dilarang? Begini Penjelasan Ulama
JAKARTA, iNews.id - Hukum puasa setelah Nisfu Syaban benarkah dilarang? Mungkin banyak Muslim yang ragu untuk melaksanakan puasa setelah Nisfu Syaban. Sebab, dalam beberapa hadits disebutkan mengenai larangan puasa setelah Nisfu Syaban. Berikut penjelasan lengkapnya.
Hukum Puasa setelah Nisfu Syaban
Bulan Syaban merupakan salah satu bulan yang dianjurkan untuk banyak melakukan puasa sunnah. Rasulullah SAW pun melakukan puasa di bulan tersebut. Namun ada batas waktunya, yaitu sampai dengan tengah bulan Syaban atau tanggal 15.
Apakah haram puasa setelah Nisfu Syaban atau melewati tanggal 15? Dalam hadis berikut dijelaskan:
Dari Abu Hurairah radliallahu anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: Janganlah seorang dari kalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa satu atau dua hari kecuali apabila seseorang sudah biasa melaksanakan puasa (sunnat) maka pada hari itu dia dipersilahkan untuk melaksanakannya. (Bukhari 1781)
Perhatikan kalimat yang ditebalkan, bagi mereka yang terbiasa puasa, misal puasa daud maka diperbolehkan untuk melanjutkan puasa setelah pertengahan bulan syaban, jadi tergantung masing-masing, kalau biasa puasa maka lanjutin, atau yang punya hutang puasa juga diperbolehkan.
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
"Jika Syaban sudah pertengahan maka janganlah berpuasa" (HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Ketua Komisi Fatwa MUI Jawa timur, KH Ma\'ruf Khozin mengatakan berdasarkan hadits tersebut sebagian ulama menyebut ada pengecualian jika tetap melakukan puasa setelah pertengahan Bulan Syaban.
Berikut ini pembagian puasa setelah Nisfu Syaban yang dibolehkan:
1. Memiliki kebiasaan puasa sunah seperti Senin-Kamis. Dalam hadis Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
"Janganlah kalian mendahului puasa Ramadhan dengan puasa 1 atau 2 hari, kecuali seseorang yang biasa berpuasa sunnah, maka lakukanlah puasanya" (HR Bukhari dan Muslim).
2. Qodho Puasa Ramadhan
...
Sinopsis Sinetron Cinta Sepenuh Jiwa Eps 56: Hasbi Paksa Meisya Aborsi Ilegal di Dukun Beranak
Jika berpuasa setelah pertengahan Sya\'ban untuk qadha\' Ramadhan, puasa Nazar atau kaffarat maka Boleh... Dan bila seseorang punya tanggungan puasa Ramadhan maka wajib baginya untuk qadha\' karena waktunya sudah sempit (Al Majmu\', 4/399)
Hal ini berdasarkan riwayat:
: ...
Aisyah berkata bahwa "Saya punya hutang puasa Ramadhan dan saya tidak bisa meng-qadla\' kecuali di bulan Sya\'ban" (HR Muslim).
Dari hadits di atas tidak dilarang bagi mereka yang terbiasa puasa, misal puasa daud maka diperbolehkan untuk melanjutkan puasa setelah pertengahan bulan syaban. Kalau biasa puasa sunnah dianjurkan untuk tetap melanjutkannya atau bagi yang punya utang puasa Ramadan juga diperbolehkan untuk mengqodho atau mengganti puasa wajib itu sebelum datangnya Ramadan.
Keutamaan Puasa Bulan Syaban
1. Diangkatnya Amalan Tahunan
Dikutip dari Pusat Kajian Hadis, amalan harian manusia di laporkan setiap bakda shubuh dan ashar, amalan mingguannya setiap hari senin dan amalan tahunan pada Bulan Syaban.
Hal ini sesuai hadits Rasulullah SAW.
Telah mengabarkan kepada kami [Amr bin Ali] dari [Abdurrahman] dia berkata; telah menceritakan kepada kami [Tsabit bin Qais Abu Al Ghushn] seorang syaikh dari penduduk Madinah dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Abu Said Al Maqburi] dia berkata; telah menceritakan kepadaku [Usamah bin Zaid] dia berkata; Aku bertanya; Wahai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Syaban? Beliau bersabda: Itulah bulan yang manusia lalai darinya; -ia bulan yang berada- di antara bulan Rajab dan Ramadlan, yaitu bulan yang disana berisikan berbagai amal, perbuatan diangkat kepada Rabb semesta alam, aku senang amalku diangkat ketika aku sedang berpuasa. (Nasai 2317).
2. Puasa Bulan Syaban Terbaik setelah Ramadhan
Puasa Bulan Syaban merupakan puasa yang terbaik setelah Ramadhan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi di nomor 599 disebutkan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda:
Dari Anas dia berkata, Nabi Shallallaahu alaihi wasallam ditanya tentang puasa yang paling utama setelah Ramadlan, Beliau menjawab: Bulan Syaban untuk memuliakan Ramadlan, Beliau ditanya lagi, lalu Shadaqah apa yang paling utama? Beliau menjawab: Shadaqah di bulan Ramadlan. Abu Isa berkata, ini adalah hadits gharib dan menurut ahlul hadits Shadaqah bin Musa bukanlah rawi yang kuat.
3. Bulan Ditampakannya Amalan
Artinya: Telah menceritakan kepadaku [Usamah bin Zaid] ia berkata; Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa beberapa hari berturut-turut, sampai-sampai dikatakan, beliau tidak pernah berbuka. Dan beliau juga berbuka beberapa hari hingga hamir beliau tidak puasa kecuali dua hari dalam sepekan, yaitu dua hari yang biasa beliau gunakan untuk berpuasa, jika tidak (berpuasa terus menerus), maka beliau akan berpuasa dua hari itu. Dan tidaklah beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Syaban, Aku bertanya; Wahai Rasulullah, engkau berpuasa seakan-akan engkau tidak pernah berbuka dan engkau berbuka seakan engkau tidak berpuasa kecuali dua hari saja, yaitu Senin dan Kamis. Beliau bersabda: Itulah dua hari yang amalan seorang hamba ditampakkan di hadapan Rabb semesta alam, aku senang ketika amalanku ditampakkan, diriku sedang berpuasa. Usamah melanjutkan; kataku selanjutnya; Dan kami tidak melihat engkau banyak berpusa kecuali di bulan Syaban?. Beliau bersabda: Itulah bulan yang orang-orang banyak yang lalai antara bulan Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan ditampakkannya amalan-amalan, dan aku suka ketika amalanku diperlihatkan dihadapan Rabbku, sedangkan aku dalam keadaan berpuasa. (Ahmad 20758)
4. Doanya Dikabulkan
Dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah (1378) disebutkan bahwa:
Dari Ali bin Abu Thalib ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apabila malam nisfu Syaban (pertengahan bulan Syaban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rezeki maka Aku akan memberinya rezeki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang beginihingga terbit fajar. (HR. Ibnu Majah)
Keutamaan Nisfu Syaban
Mayoritas ulama 4 madzhab sepakat mengenai keutamaan malam nisfu syaban. Al-Imam an-Nawawi rahimahullah (w. 676 H) seorang ulama besar dalam madzhab syafiiy menukil sebuah perkataan dari sang Imam Syafi\'iy rahimahullah (w. 204 H).
Imam Syafi\'iy mengatakan dalam kitab al-Umm: "Telah sampai kepada kami bahwa doa itu mustajab pada 5 malam. malam Jumat, malam Idhul Adha, malam Idhul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam Nisfu Sya\'ban.
Mayoritas ulama 4 madzhab sepakat mengenai keutamaan malam nisfu syaban. Bahkan Syaikh al-Utsaimin rahimahullah (w. 1421 H) juga mengatakan bahwa malam nisfu syaban memiliki keutamaan yang khusus.
Di antara keutamaan malam nisfu syaban adalah sebagai berikut:
1. Dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.
2. Doanya mustajab, hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT.
Al-Imam Ibnu Majah rahimahullah (w. 273 H) meriwayatkan sebuah hadits shahih/hasan177:
Dari Abu Musa al-Asy\'ary Radhiyallahu Anhu, dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda: Sesungguhnya Allah SWT pada malam Nisfu Sya\'ban memperhatikan seluruh makhluknya dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik & orang yang bermusuhan. (HR. Ibnu Majah).
Wallahu A\'lam.






