Dua Tahun Pandemi, Herbal Solusi Hadapi Covid-19
RADAR JOGJA Dua tahun pandemi dan proyeksi endemi menjadi fenomena yang mengkhawatirkan semua pihak. Namun tidak semua pasien Covid-19 menunjukkan gejala atau sekadar gejala ringan. Seperti yang ditunjukkan oleh varian Omicron.
Perlu diketahui masyarakat, penyakit akibat virus pada umumnya merupakan self limiting disease, jelas pakar herbal Risa Umari Yuli Aliviyanti dalam diskusi virtual Strategi Memenangkan Pertempuran: Tinjauan Kesehatan dan Sosial Budaya dalam Penanganan Covid-19, Kamis (3/3).
Risa menambahkan kesehatan adalah aset terpenting dalam situasi pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya ini. Setiap orang, lanjutnya, mau tak mau harus bisa menjaga kekuatan pertahanan tubuhnya. Tentunya agar tak mudah terpapar Covid-19.
CPO Widya Herbal ini berharap masyarakat tidak terpaku hanya melihat dari penanganan sisi medis atau kesehatan saja. Penanganan sektor non kesehatan juga tergolong penting. Tujuannya sebagai edukasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Kita juga perlu menilik dari sisi sosial-budaya guna membentuk kebiasaan-kebiasaan baru dalam menekan pandemi, kata Risa.
Pakar herbal lain dalam diskusi virtual itu, dokter Natalia, mengatakan imunitas tubuh adalah kunci utama. Saat sistem kekebalan tubuh baik, maka bisa menghindari paparan virus. Jikalau tetap tertular, tingkat keparahan tidaklah tinggi.
Salah satu cara dengan mengonsumsi tanaman obat. Indonesia, lanjutnya, terkenal dengan potensi obat herbal. Tak hanya tradisi tapi juga sudah tersertifikasi serta izin sesuai dengan aturan yang berlaku.
Misalnya saja tanaman kunyit yang bersifat anti oksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas selain memiliki sifat anti inflamasi untuk mengatasi peradangan, ujar Natalia.
Pemerhati herbal Aries Ikawati Arifah menuturkan perlunya saling berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat. One stop solution, menurutnya dapat menjadi sebuah jawaban. Terutama bagi warga yang secara personal atau keluarganya terpapar Covid-19.
CEO Widya Herbal Indonesia menilai kolaborasi teknologi dan kearifan lokal sangatlah penting. Seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) scan lidah untuk mendeteksi gejala pasien. Selanjutnya terintegrasi melalui telemedicine. Fungsinya untuk berkonsultasi gratis dengan dokter tersertifikasi herbal dengan melihat kebutuhan spesifik konsumen.
Perlu langkah terintegrasi untuk mengatasi pandemi ini, seperti layanan one stop solution terkait kesehatan, herbal dan teknologi untuk penerapannya, kata Aries. (Dwi)






