Harga Minyak Menguat 1 Persen usai Trump Umumkan Blokade Venezuela
IDXChannel - Harga minyak dunia melonjak lebih dari 1 persen pada Rabu (17/12/2025), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan blokade terhadap seluruh tanker minyak yang terkena sanksi dan keluar-masuk Venezuela.
Langkah tersebut meningkatkan ketegangan geopolitik global sekaligus meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi membengkaknya surplus pasokan minyak dunia.
Kontrak berjangka minyak Brent ditutup menguat 1,3 persen ke level USD59,68 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,2 persen dan berakhir di USD55,94 per barel.
Kenaikan harga minyak tersebut tertahan oleh meningkatnya persediaan bahan bakar di AS.
Pada sesi sebelumnya, harga minyak sempat bertengger di dekat level terendah lima tahun, seiring munculnya tanda-tanda kemajuan dalam perundingan damai Rusia-Ukraina.
Kesepakatan damai berpotensi melonggarkan sanksi Barat terhadap Moskow, sehingga membuka tambahan pasokan di tengah rapuhnya permintaan global.
Trump pada Selasa memerintahkan blokade terhadap seluruh tanker minyak yang terkena sanksi dan keluar-masuk Venezuela, seraya menyebut pemerintahan Presiden Nicolas Maduro sebagai organisasi teroris asing.
Pemerintah Venezuela dalam pernyataannya menolak apa yang disebutnya sebagai ‘ancaman grotesk’ dari Trump.
Pernyataan tersebut disampaikan Trump sepekan setelah AS menyita sebuah tanker minyak yang terkena sanksi di lepas pantai Venezuela.
Hingga kini, belum jelas berapa banyak kapal yang akan terdampak dan bagaimana AS akan menerapkan blokade tersebut, termasuk apakah Trump akan kembali mengerahkan Penjaga Pantai AS untuk mencegat kapal, seperti yang dilakukan pekan lalu.
Dalam beberapa bulan terakhir, AS juga telah mengerahkan kapal perang ke kawasan tersebut.
Sejumlah pakar energi meragukan langkah terbaru Trump akan berdampak signifikan terhadap pasokan minyak mentah global.
“Meski langkah AS dapat memicu gejolak jangka pendek dan menambah premi risiko secara terbatas, hal itu tidak cukup untuk memperketat keseimbangan global atau mendorong reli harga minyak yang berkelanjutan,” tulis analis energi Kpler dalam sebuah catatan, dikutip Reuters.
Meski banyak kapal pengangkut minyak Venezuela berada di bawah sanksi, sejumlah kapal lain yang mengangkut minyak Venezuela melalui Iran dan Rusia tidak terkena sanksi.
Kapal tanker yang disewa Chevron juga masih mengirim minyak mentah Venezuela ke AS berdasarkan izin yang sebelumnya diberikan Washington.
China tercatat sebagai pembeli terbesar minyak Venezuela, dengan volume sekitar 1 persen dari pasokan minyak global.
Ketidakpastian di sektor energi Venezuela bertambah setelah perusahaan minyak milik negara PDVSA pada Rabu menyatakan kembali mengoperasikan terminal-terminalnya, usai serangan siber yang sempat mengganggu sistem administrasi terpusat.
Data pelacakan kapal dan dokumen internal PDVSA menunjukkan sedikitnya dua tanker yang mengangkut produk turunan minyak, termasuk metanol dan petroleum coke, telah berangkat dari pelabuhan terbesar Venezuela, Jose.
AS sejak pertama kali menjatuhkan sanksi energi terhadap Venezuela pada 2019 tidak menargetkan ekspor produk turunan minyak atau petrokimia.
Namun demikian, kenaikan persediaan bensin dan distilat di AS kembali menahan laju penguatan harga minyak.
Meski stok minyak mentah turun pekan lalu, persediaan bensin dan distilat justru meningkat lebih tinggi dari perkiraan analis, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA). (Aldo Fernando)









