5 Fakta Marsinah Jadi Pahlawan Nasional hingga Keluarga Dapat Rp57 Juta per Tahun

5 Fakta Marsinah Jadi Pahlawan Nasional hingga Keluarga Dapat Rp57 Juta per Tahun

Ekonomi | okezone | Sabtu, 15 November 2025 - 07:35
share

JAKARTA - Tokoh buruh Marsinah mendapatkan anugerah gelar Pahlawan Nasional yang diberikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Senin 10 November 2025.

Marsinah merupakan satu dari 10 tokoh nasional yang mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Presiden Prabowo bertepatan dengan Hari Pahlawan 2025.

Pemberian gelar pahlawan nasional tersebut berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 6 November 2025.

“Menganugerahkan gelar pahlawan nasional Kepada mereka yang namanya tersebut dalam lampiran keputusan ini sebagai penghargaan dan penghormatan yang tinggi, atas jasa-jasanya yang luar biasa, untuk kepentingan mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa," bunyi kutipan Keppres.

Marsinah Jadi Pahlawan Nasional

Berikut Okezone rangkum fakta-fakta Marsinah menjadi pahlawan nasional, Jakarta, Sabtu (15/11/2025).

1. Sosok Marsinah

Marsinah, wanita kelahiran 10 April 1969 merupakan sosok pahlawan buruh yang namanya masih diingat hingga saat ini. Marsinah menjadi ikon perjuangan kaum buruh melawan penindasan. 

Fotonya kerap digadang-gadang oleh para buruh saat sedang melakukan demonstrasi. Semasa hidup, Marsinah dikenal vokal menyuarakan hak-hak kaum buruh.

Perjuangan Marsinah terpaksa terhenti setelah diculik, disiksa dan diperkosa secara brutal. Jenazah Marsinah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di daerah Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Marsinah ditemukan 200 km dari tempatnya bekerja, pada 8 Mei 1993 setelah menghilang tiga hari. 

Pembunuhan Marsinah ini menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia dan menarik perhatian dunia.

Marsinah seorang aktivis dan buruh pabrik pada era Orde Baru dan bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dikenal sebagai kasus 1773.

Melansir berbagai sumber, Marsinah kerap terlibat dalam aksi unjuk rasa, antara lain terlibat dalam rapat membahas rencana unjuk rasa 2 Mei 1993 di Tanggulangin, Sidoarjo. Kemudian, pada 3 Mei 1993, para buruh mencegah teman-temannya bekerja. 

Pada 4 Mei 1993, para buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, salah satunya soal kenaikan upah pokok dari Rp1.700 per hari menjadi Rp2.250 per hari. Sementara tunjangan tetap Rp550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima.

Marsinah masih aktif hingga 5 Mei 1993 dalam kegiatan unjuk rasa dan sejumlah perundingan. Bahkan, dia turut menjadi perwakilan karyawan saat perundingan dengan pihak perusahaan. 

Namun, 13 buruh lainnya digiring ke Komando Distrik Militer 0816/Sidoarjo lantaran dianggap menghasut unjuk rasa. Mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS. Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan masuk kerja. 

Marsinah sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap. Keberadaan tak diketahui, hingga akhirnya ditemukan meninggal dunia.

Ada dugaan kuat dia dibunuh karena keterlibatannya dalam aksi mogok menuntut upah di pabrik tempatnya bekerja. Jasadnya ditemukan dalam kondisi mengenaskan di hutan di Dusun Jegong, Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur, pada 8 Mei 1993.

 

2. Marsinah Jadi Pahlawan Nasional, Sang Adik Menangis dan Cium Foto Kakak di Istana

Tangis adik Marsinah, Wijiati pecah tidak kuasa menahan haru usai menjadi perwakilan keluarga menerima anugerah gelar pahlawan nasional untuk kakaknya di Istana Negara, Jakarta.

Wijiati hadir bersama kakak Marsinah, Marsini di Istana Negara. Kedunya menjadi ahli waris yang menerima gelar pahlawan nasional untuk Marsinah yang diberikan Presiden Prabowo Subianto.

Usai acara pemberian gelar, Wijiati yang tampak masih haru dan menangis mencium foto almarhum kakaknya tersebut. Dia pun mencium wajah Marsinah beberapa kali.

Tak hanya sekali Wijiati mencium foto di Marsinah di Istanq Negara. Ia kembali mencium wajah Marsinah berulang kali usai memberikam keterangan kepada media dan meninggalkan area Istana Negara.

Sementara itu, Marsini, mengingatkan tentang perjuangan Marsinah yang harus dilanjutkan oleh generasi penerus bangsa. Ia juga memohon doa untuk almarhum adiknya tersebut.

"Saya mohon mulai sekarang, teman-teman tetaplah berjuang," kata Marsini.

3. Marsinah Jadi Pahlawan Nasional, KSPSI: Ini Kado untuk Buruh

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea menyampaikan apresiasi tinggi atas keputusan penganugerahan Marsinah sebagai pahlawan nasional. Dia menilai langkah Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen nyata pemerintah terhadap sejarah panjang perjuangan kaum buruh di Indonesia.

“Saya sebagai pihak yang mengusulkan Marsinah saat peringatan Mayday sangat mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo yang menepati komitmennya. Prosesnya luar biasa cepat, dalam tahun yang sama langsung diberikan gelar Pahlawan Nasional,” kata Andi Gani saat mendampingi keluarga Marsinah menerima gelar pahlawan nasional. 

Menurut Andi Gani, proses pengusulan nama Marsinah sebagai pahlawan nasional berjalan lancar dan tanpa hambatan berarti. Apalagi adanya dukungan kuat datang dari Pemerintah Daerah Nganjuk dan keluarga besar Marsinah.

“Tidak ada kendala berarti. Bupati dan Pemerintah Daerah sangat membantu karena data-data administratif memang berasal dari daerah. Proses di pusat juga didukung penuh oleh Mensesneg dan Dewan Gelar,” jelasnya.

Andi Gani menegaskan keberanian Marsinah memperjuangkan keadilan di tengah tekanan menjadi inspirasi bagi seluruh kaum buruh Indonesia.

“Marsinah adalah anggota SPSI di PT Catur Putra Surya. Ia berjuang untuk kesejahteraan buruh dan mengorbankan jiwanya. Dalam situasi yang sangat sulit, ia tetap berani bersuara. Itu yang menjadi teladan bagi kami semua,” katanya.

 

4. Pemerintah Beri Rp57 Juta per Tahun untuk Keluarga Pahlawan Nasional

Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengumumkan bahwa pemerintah akan menyalurkan bantuan finansial sebesar Rp57 juta per tahun bagi keluarga atau ahli waris penerima gelar pahlawan nasional.

Menurut Gus Ipul, kebijakan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa besar para pahlawan bangsa yang telah berjuang demi kemerdekaan dan keutuhan Indonesia.

"Ini bagian untuk menghormati, menghargai sehingga keluarga bisa terus membangun semangat dari para pahlawan, kita beri dukungan Rp57 juta per tahun," kata Gus Ipul di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (10/11/2025).

Gus Ipul juga menegaskan bahwa masyarakat sebaiknya tidak menilai kebijakan ini dari sisi nominal semata, melainkan dari nilai moral dan penghargaan yang terkandung di dalamnya.

"Ya enggak banyak, tapi mohon jangan dilihat nilainya, tapi untuk menyambung silaturahmi," tutur dia.

5. Daftar 10 Nama Penerima Gelar Pahlawan Nasional

1. Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid dari Provinsi Jawa Timur (Bidang Perjuangan Politik dan Pendidikan Islam)

Tokoh dari Provinsi Jawa Timur. K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah tokoh bangsa yang sepanjang hidupnya mengabdikan diri memperjuangkan kemanusiaan, demokrasi, dan pluralisme di Indonesia.

2. Almarhum Jenderal Besar TNI H. M. Soeharto dari Provinsi Jawa Tengah (Bidang Perjuangan Bersenjata dan Politik)

Jenderal Soeharto menonjol sejak masa kemerdekaan. Sebagai Wakil Komandan BKR Yogyakarta, ia memimpin pelucutan senjata di Jepang, Kota Baru 1945.

3. Almarhumah Marsinah dari Provinsi Jawa Timur (Bidang Perjuangan Sosial dan Kemanusiaan)

Marsinah adalah simbol keberanian, moral, dan perjuangan Hak Asasi Manusia dari kalangan rakyat biasa. Lahir di Desa Ngunjo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia tumbuh dalam keluarga petani miskin yang menanamkan nilai kerja dan keadilan sosial.

4. Almarhum Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja dari Provinsi Jawa Barat (Bidang Perjuangan Hukum dan Politik)

Riwayat perjuangan dari Mochtar Kusumaatmadja yang paling menonjol adalah gagasannya dengan konsep negara kepulauan yang digunakan oleh Djuanda Kartawijaya dalam mendeklarasikan Djuanda tahun 1953.

5. Almarhumah Hajjah Rahmah El Yunusiyyah dari Provinsi Sumatera Barat (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)

Dia adalah ulama, pendidik, dan pejuang kemerdekaan yang dedikasinya paling menonjol dalam memelopori pendidikan perempuan Islam di Indonesia.

6. Almarhum Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo dari Provinsi Jawa Tengah (Bidang Perjuangan Bersenjata)

Perjuangan militer dari Sarwo Edhie dimulai sebagai komandan Kompi dalam TKR selama periode perang kemerdekaan 1945 sampai dengan 1949.

7. Almarhum Sultan Muhammad Salahuddin dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (Bidang Perjuangan Pendidikan dan Diplomasi)

Sultan Muhammad Salahuddin berperan besar di Bidang Pendidikan dengan mendirikan HIS di Rabah, 1921. Sekolah Kejuruan Wanita 1922, sekolah agama dan umum di setiap (kejenelian) 1922.
 
8. Almarhum Syaikhona Muhammad Kholil dari Provinsi Jawa Timur (Bidang Perjuangan Pendidikan Islam)

Syaikhona Muhammad Kholil merupakan ulama karismatik yang menempuh jalur pendidikan kultural, sosial, dan agama.

9. Almarhum Tuan Rondahaim Saragih dari Provinsi Sumatera Utara (Bidang Perjuangan Bersenjata)

Dikenal sebagai Napoleon dari Batak. Di bawah kepemimpinan Tuan Rondahaim Saragih, Pasukan Dayak di Simalungun mencatatkan riwayat perjuangan menonjol melawan kolonialisme Belanda dengan fokus pada pertahanan kemerdekaan yang berhasil. Kemenangan signifikan terutama setelah pertempuran Dolok Merawan dan Dolok Sagala.

10. Almarhum Zainal Abidin Syah dari Provinsi Maluku Utara (Bidang Perjuangan Politik dan Diplomasi)

Zainal Abidin Syah adalah Sultan Tidore ke-37 yang memimpin sejak tahun 1946 hingga wafatnya pada tahun 1967.

Topik Menarik