Tiga Bank Raksasa Singapura Terpukul Tarif AS, Laba Anjlok di Paruh Pertama Tahun Ini
Tiga bank terbesar di Singapura yaitu DBS, OCBC, dan UOB melaporkan penurunan laba bersih pada paruh pertama tahun 2025 dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Meski demikian, ketiganya tetap mempertahankan neraca keuangan yang kuat dan kesiapan menghadapi risiko terkait tarif Amerika Serikat (AS), menurut laporan Moody’s Ratings yang dirilis pada 11 Agustus 2025.
Laba bersih DBS, OCBC, dan UOB menurun dari level puncak sebelumnya dengan rasio pengembalian aset rata-rata (ROAA) yang turun menjadi 1,1-1,4 pada semester I-2025, dari 1,1-1,5 di periode yang sama pada 2024. Penurunan profitabilitas ini terutama didorong kompresi margin bunga bersih (NIM) akibat penurunan suku bunga acuan dolar Singapura (SGD) dan dolar Hong Kong (HKD).
Baca Juga:China dan AS Adem Ayem, Trump Resmi Perpanjang Gencatan Tarif 90 Hari
Selain itu, ketiga bank ini juga mengalami kenaikan biaya kredit yang tercermin dari peningkatan penyisihan cadangan kerugian pinjaman preventif. Dikutip dari Asian Banking & Finance, peningkatan beban pajak penghasilan juga terjadi seiring diberlakukannya tarif pajak korporasi global minimum baru Singapura sebesar 15.
Moody's memperkirakan dampak langsung tarif AS terhadap portofolio pinjaman bank-bank Singapura ini bersifat terbatas. Namun, efek sekunder yang menimbulkan ketidakpastian masih sulit diukur, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan.Kualitas aset ketiga institusi perbankan ini relatif stabil, dengan rasio penutup kredit bermasalah (NPL) dan rasio penutup aset bermasalah (NPA) yang tidak banyak berubah dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio penutup likuiditas (LCR) dan rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) ketiganya masih jauh di atas batas minimum regulasi yang diwajibkan otoritas Moneter Singapura (MAS).
DBS melaporkan, laba bersih sebesar SGD5,72 miliar atau turun sekitar 1 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. OCBC mencatatkan laba SGD3,70 miliar, menurun 6, sementara UOB mencatat laba SGD2,83 miliar, turun 3.
Baca Juga:Arab Saudi Cs Marah dengan Rencana Netanyahu Wujudkan Israel Raya
Meski laba menurun, ketiga bank ini menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang positif didukung oleh kenaikan pendapatan biaya dari aktivitas pengelolaan kekayaan, kartu kredit, dan layanan perbendaharaan. Hal ini membantu menyeimbangkan tekanan pada margin bunga yang menyusut.
Ketiganya juga masih memiliki modal yang kuat dengan rasio CET1 berada di atas 15, jauh melampaui persyaratan regulator. Posisi modal yang sehat ini memberikan bantalan yang memadai untuk menghadapi tekanan margin dan risiko pasar ke depan.
Terkait dividen, bank-bank ini tetap mampu memberikan imbal hasil menarik kepada pemegang saham. DBS, misalnya, menaikkan dividen biasa sebesar 11 dan menambahkan dividen modal, sementara OCBC dan UOB juga mengumumkan dividen interim yang kompetitif.









