Harga Nikel Naik Turun, NICL Menjaga Pertumbuhan Laba Bersih

Harga Nikel Naik Turun, NICL Menjaga Pertumbuhan Laba Bersih

Ekonomi | sindonews | Rabu, 23 Juli 2025 - 16:58
share

Emiten sektor pertambangan yang dikendalikan oleh Christopher Sumasto Tjia, PT PAM Mineral Tbk (NICL) berhasil mencatatkan penjualan pada semester pertama tahun 2025 sebesar Rp1,05 triliun. Raihan itu meroket sebesar 152,07 dibandingkan dengan perolehan penjualan pada tahun sebelumnya Rp419,19 miliar.

Peningkatan yang signifikan pada nilai penjualan, ditopang dengan peningkatan volume penjualan nikel dari 707.597 mt menjadi 1.885.433 mt atau meningkat sebesar 166,46. Imbas dari peningkatan penjualan diiringi dengan efisiensi biaya, laba kotor perseroan juga meningkat tajam dari Rp142,85 miliar pada semester satu 2024 menjadi sebesar Rp523,46 miliar.

Baca Juga: Laba Terbang Tinggi, NICL Sebar Dividen Rp159,53 Miliar

Hal ini mencerminkan peningkatan signifikan 266,43 YoY. Seiring dengan peningkatan laba kotor, marjin laba kotor perseroan juga mengalami peningkatan dari sebesar 34,08 melesat menjadi 49,54.Sejalan dengan peningkatan laba kotor, laba usaha perseroan juga meroket dari sebelumnya hanya Rp87,87 miliar pada semester satu 2024 menjadi Rp456,30 miliar pada semester satu 2025 atau meningkat tajam 419,32.

Peningkatan volume penjualan serta efisiensi beban usaha menyebabkan Laba Neto Periode Berjalan Perseroan melambung tajam yaitu sebesar Rp358,07 miliar pada semester satu 2025 dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp73,59 miliar. Laba Neto Periode Berjalan semester satu 2025 meningkat tajam sebesar 386,51 dari periode sebelumnya.“Sejak akhir tahun 2024, harga acuan nikel domestik mengalami penurunan sebesar 3,80 sejalan dengan tren global dan euforia pasar kendaraan listrik yang mulai normal serta meningkatnya permintaan baja stainless steel. Kami melihat bahwa penurunan harga nikel tersebut merupakan koreksi positif dan sudah diprediksi oleh perseroan," ungkap Direktur Utama Perseroan PT PAM Mineral Tbk (NICL), Ruddy Tjanaka.

Lebih lanjut Ia menerangkan, perseroan sudah menyiapkan langkah antisipatif sejak awal tahun, tercermin dengan kinerja operasional dan keuangan Perseroan yang bertumbuh pada semester pertama tahun 2025. Ia meyakini penurunan harga ini merupakan fluktuasi jangka pendek dan Perseroan berkomitmen untuk tetap adaptif terhadap situasi terkini guna mempersiapkan juga mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi.

“Di tengah situasi geopolitik global yang belum stabil dan turut berdampak pada perekonomian dalam negeri, kami tetap merasa puas dengan kinerja operasional dan keuangan Perseroan pada kuartal kedua 2025,” ungkap Ruddy Tjanaka. Perseroan mencatatkan pertumbuhan jumlah aset pada semeser satu 2025 sebesar Rp1,09 triliun atau tumbuh sekitar 4,73 dibandingkan dengan aset pada tahun 2024 yaitu Rp1,05 triliun. Pada periode Juni 2025, perseroan mencatatkan penurunan jumlah liabilitas dimana pada periode tersebut perseroan mencatatkan Rp150,69 miliar jumlah liabilitas dibandingkan dengan periode Desember 2024 sebesar Rp171,92 miliar. Perseroan juga tidak memiliki utang bank jangka panjang.

Di sisi lain, Total Ekuitas Perseroan mengalami peningkatan dari Rp878,18 miliar menjadi Rp949,13 miliar pada periode semester satu tahun 2025, hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba tahun berjalan Perseroan yang sangat signifikan.

Kinerja operasional perseoran pada semester pertama tahun 2025 ini memberikan dampak positif pada keuagan perseroan, sehingga posisi neraca perseroan cukup sehat dan kuat. Baca Juga:Penjualan Nikel NICL Meroket, Nilainya Tembus Setengah Triliun Rupiah“Secara historis, Perseroan selalu membagikan dividen dan di tahun ini Perseroan juga telah membagikan dividen interim untuk periode buku 31 Maret 2025 kepada para pemegang sahamnya sebesar Rp159,53 miliar atau setara dengan 82,60 dari Laba Bersih Periode Berjalan Perseroan. Kedepannya, Perseroan berkomitmen untuk melakukan pembagian dividen kembali kepada pemegang saham yang besarannya akan menyesuaikan dengan persetujuan RUPS,” terangnya.

Perseroan memperkirakan pada semester dua tahun 2025 ini, harga nikel masih bergerak fluktuatif imbas dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang masih menghantui stimulus ekonomi global ditambah dengan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel.

Namun industri nikel domestik memiliki peluang strategis dimana adanya ketegangan antara China dan negara barat yang membuat banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis, Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu sebagai pemain kunci non-China.

Kondisi dan situasi nikel domestik saat ini semakin kompetitif dengan adanya beberapa smelter yang beroperasi dengan berbagai teknologi sehingga hal ini menjadi keuntungan untuk Perseroan dengan beberapa jenis kategori (produk) ore yang diproduksi oleh Perseroan sesuai dengan kebutuhan market.

Melihat situasi market domestik saat ini sebagai bagian dari strategi Perseroan dengan memperluas jaringan pemasaran melalui upaya menjalin kerjasama dengan beberapa smelter dan trader sehingga wilayah area pemasaran tidak hanya di wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah akan tetapi sampai ke Pulau Obi dan Pulai Halmahera. Selain itu Perseroan juga akan membuka peluang untuk mencari beberapa partner stregis dalam rangka pengembangan usaha Perseroan.

Topik Menarik