Daftar Produk AS yang Bakal Turun Harga Usai RI Beri Tarif Nol Persen, iPhone Termasuk?

Daftar Produk AS yang Bakal Turun Harga Usai RI Beri Tarif Nol Persen, iPhone Termasuk?

Ekonomi | okezone | Minggu, 20 Juli 2025 - 11:04
share

JAKARTA - Tarif nol persen untuk produk Amerika Serikat (AS) yang masuk ke Indonesia akan membuat barang-barang turun harga. Menurut Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Nailul Huda, kondisi ini berpotensi membuka peluang bagi penurunan harga beberapa barang impor tertentu di pasar Indonesia.

Huda menyebut, komoditas seperti produk teknologi atau elektronik berpeluang besar untuk dibanderol dengan harga yang lebih terjangkau. Ini lantaran produk-produk asal AS tersebut tidak dikenakan tarif sama sekali alias nol persen

"Produk-produk teknologi atau elektronik yang bisa turun harganya karena fasilitas bea masuk 0 persen ini, seperti gitar merek tertentu, ataupun barang gadget kebutuhan industri," ungkapnya saat dihubungi Okezone, Jakarta, Minggu (20/7/2025).

Namun, Huda mengingatkan bahwa tidak semua produk elektronik akan terdampak penurunan harga, terutama perangkat populer seperti iPhone. Dia menjelaskan bahwa kebijakan pembebasan tarif hanya berlaku berdasarkan asal produksi barang, bukan berdasarkan negara asal perusahaannya.

"Untuk iPhone, sebagian produksinya dari China. Jadi produk iPhone yang kita gunakan di Indonesia, made in-nya, made-in China," jelas Huda.

 



Karena itu, iPhone dan produk Apple lainnya tidak termasuk dalam daftar barang yang mendapatkan fasilitas bea masuk nol persen ke Indonesia. Selain itu, produk-produk tersebut tetap harus memenuhi aturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang berlaku.

Huda juga memperingatkan bahwa industri lokal dapat terkena imbas negatif dari kondisi ini jika belum mampu bersaing dengan produk impor yang masuk dengan harga lebih murah.

"Jika industri kita sudah memproduksi barang serupa namun belum siap bersaing, maka akan terkena efek negatif. Persaingan akan semakin ketat dan produksi dalam negeri bisa kalah," pungkasnya.

Di tempat berbeda, Wamenlu Arif Havas Oegroseno menanggapi kekhawatiran tarif nol persen untuk produk AS yang masuk ke Indonesia. Havas mengatakan tarif gratis itu hanya untuk produk yang dibuat di Amerika atau made in USA.

"Iya, kan made in USA, itu kan intinya. Jadi kalau produk yang brand Amerika tapi asalnya dari, katakanlah, Uni Eropa gitu ya, kalau kita sign nol persen, ya nol persenlah dari Uni Eropa, kan dibuatnya di Eropa," kata Arif Havas Oegroseno.

Sementara, Pemerintah masih terus melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat untuk menurunkan tarif sejumlah produk ekspor Indonesia menjadi 0 persen, meskipun Presiden Prabowo Subianto sebelumnya telah mengumumkan bahwa tarif resiprokal final dari AS berada di angka 19 persen.

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengatakan, terdapat banyak produk asal Indonesia yang sangat dibutuhkan oleh Amerika Serikat dan tidak bisa diproduksi secara lokal di sana. Hal ini membuka peluang agar produk-produk tersebut mendapatkan perlakuan tarif khusus.

“Ada beberapa produk komoditas kita yang istilahnya Amerika itu sangat dibutuhkan, tidak bisa diproduksi di sana, tapi sangat reliable kalau diekspor dari Indonesia. Itu kita nego supaya tarifnya 0 persen,” ujar Susiwijono saat ditemui di kantornya, Jumat (18/7/2025).
 

 



Produk-produk yang sedang diajukan untuk negosiasi tarif 0 persen antara lain adalah CPO (Crude Palm Oil), kopi, kakao, dan nikel. Susiwijono menegaskan bahwa proses negosiasi masih berjalan dengan United States Trade Representative (USTR) dan masih ada peluang untuk mencapai kesepakatan yang lebih menguntungkan bagi Indonesia.

“Jadi tidak semuanya kena tarif resiprokal yang final 19 persen. Kita masih nego banyak sekali, dan mudah-mudahan itu bisa 0 persen,” katanya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada kesepakatan sebelumnya, dari total 11.552 pos tarif HS (Harmonized System) yang masuk ke Indonesia, sebanyak 11.474 pos atau sekitar 99 persen di antaranya ditetapkan tarif impornya menjadi 0 persen.

Menurutnya, hal ini bukan sesuatu yang luar biasa karena sudah menjadi skema umum dalam berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) dan kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) yang dijalin Indonesia, baik dengan negara-negara ASEAN maupun mitra lainnya.

“Dengan ASEAN saja lewat ATIGA, lebih dari 90 persen sudah 0 persen. Dengan Australia 94–95 persen juga sudah 0 persen. Jepang lewat IJ-CEPA juga sudah 91 persen perdagangan ke kita tarifnya 0 persen,” jelas Susiwijono.

Ia juga menekankan bahwa tarif 19 persen dari Amerika Serikat tidak bisa langsung dibandingkan dengan tarif 0 persen yang diterapkan Indonesia kepada AS.

Menurutnya, skema perdagangan internasional harus dilihat secara menyeluruh, termasuk latar belakang perjanjian dan posisi neraca perdagangan masing-masing negara.

“Di antara semua negara ASEAN yang membuat defisit perdagangan ke Amerika, kita itu yang paling rendah. Bahkan dibandingkan negara-negara lain di luar ASEAN pun kita masih sangat kompetitif,” pungkasnya.

Dengan demikian, Pemerintah berharap hasil negosiasi lanjutan ini dapat memberikan ruang yang lebih besar bagi produk ekspor Indonesia untuk menembus pasar Amerika Serikat, sekaligus menjaga daya saing dan kinerja perdagangan nasional di tengah dinamika global yang penuh tantangan.

Topik Menarik