Wall Street Lesu, Saham Tesla Anjlok 6 Persen Usai Elon Musk Bentuk Partai Politik
JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street, dibuka melemah pada awal perdagangan minggu ini. Wall Street tertekan karena meningkatnya kekhawatiran investor terhadap kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan pernyataan politik CEO Tesla, Elon Musk.
Dow Jones Industrial Average melemah 0,28 ke 44.701,91, S&P 500 turun 0,40 ke 6.254,13, dan Nasdaq Composite menanjak 0,53 ke 20.492,88. Ketiga indeks utama Wall Street menurun di awal perdagangan.
Presiden AS, Donald Trump, mengaku hampir merampungkan sejumlah kesepakatan dengan negara mitra dagang. Pengenaan tarif impor AS akan berlaku efektif pada 1 Agustus 2025.
Namun, Trump justru mengancam bakal memberlakukan tambahan tarif 10 persen terhadap negara-negara dari kelompok BRICS, yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Sentimen pasar juga dipengaruhi minimnya data ekonomi pada pekan ini, di mana AS akan merilis laporan klaim pengangguran awal pada Kamis mendatang.
“Pasar saat ini berada dalam lingkungan yang cenderung menghindari risiko, dan ketidakpastian tarif memang menjadi penyebab utama,” ujar Senior Markets Strategist Brown Brothers Harriman, Elias Haddad, dilansir Investing, Senin (7/7/2025).
Di antara saham megacap, Tesla anjlok 6 pada pra-perdagangan setelah CEO Elon Musk mengumumkan pembentukan partai politik baru di AS. Keputusan Musk pun berpotensi memperuncing perseteruannya dengan Trump.
Sementara itu, Nvidia turun 1, meski kapitalisasi pasarnya mendekati USD 4 triliun dan berpotensi menjadi perusahaan paling bernilai di dunia sepanjang sejarah.
Kebijakan tarif Trump yang tidak menentu dinilai turut menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve) untuk menahan pemangkasan suku bunga.
Risalah rapat The Fed bulan Juni akan dirilis Rabu ini dan dinantikan untuk melihat arah kebijakan suku bunga ke depan.
Pelaku pasar kini telah mengeliminasi kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli, sementara peluang pemangkasan pada September mencapai 66 persen, berdasarkan data FedWatch dari CME Group.






