Pebisnis Barat Betah Tinggal di Rusia, 67 Perusahaan Eropa Mengaku Tak Ingin Hengkang

Pebisnis Barat Betah Tinggal di Rusia, 67 Perusahaan Eropa Mengaku Tak Ingin Hengkang

Ekonomi | sindonews | Minggu, 15 Juni 2025 - 09:58
share

Sebagian besar perusahaan Eropayang beroperasi di Rusia tidak berencana untuk meninggalkan negara itu, meskipun tantangan yang dihadapi akibat sanksi Barat semakin berat. Fakta ini diungkapkan dalam survei terbaru yang dilakukan oleh Association of European Businesses (AEB).

Asosiasi Bisnis Eropa menerangkan, banyak bisnis asal AS, Eropa, dan Asia keluar dari Rusia setelah Barat memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow akibat eskalasi konflik Ukraina pada tahun 2022. Beberapa memilik pergi dengan alasan kekhawatiran reputasi atau ketakutan akan sanksi sekunder.

Baca Juga: Jumlah Perusahaan Barat yang Meninggalkan Rusia hingga 2024 Terungkap

Namun survei tahunan dari AEB menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan yang bertahan melihat potensi jangka panjang di pasar Rusia, meskipun pembatasan Barat membebani kinerja jangka pendek.

Dari perusahaan yang disurvei oleh AEB, 67 mengatakan mereka tidak mempertimbangkan untuk pergi, sedikit meningkat dari 66 tahun lalu. Sebagian besar responden mengatakan bahwa operasional bisnis mereka di Rusia, tetap menjadi bagian penting dari bisnis global mereka. Perusahaan-perusahaan mengidentifikasi peluang seperti pertumbuhan pangsa pasar (50), ekspansi bisnis (39), dan segmen pelanggan baru (32) sebagai alasan utama untuk tetap tinggal. Lebih dari setengahnya atau sebanyak 56 mengatakan mereka terus melanjutkan proyek investasi, dengan melihat ukuran pasar Rusia, potensi, dan perkembangan positif menjadi dasarnya.

Survei menunjukkan bahwa meskipun kepercayaan bisnis jangka pendek di antara perusahaan-perusahaan asing mengalami penurunan, namun harapan jangka panjang telah membaik dibandingkan tahun lalu. Sebanyak 82 responden mengatakan mereka mengantisipasi pertumbuhan signifikan dalam waktu satu dekade, naik dari 66 tahun lalu.

Survei menemukan, bahwa sebagian besar perusahaan telah beradaptasi dengan sanksi. Akan tetapi masih menghadapi tantangan, termasuk penundaan pembayaran, risiko reputasi, dan keraguan dari mitra asing untuk bekerja dengan entitas yang terkait dengan Rusia.

Sekitar 87 mengatakan, mereka terpengaruh secara negatif oleh sanksi Barat dan respons balasan Rusia selama setahun terakhir. Dimana ada pembatasan perbankan, pembatasan ekspor-impor, aset yang dibekukan, pemutusan SWIFT, dan batasan perangkat lunak dan transportasi.

Sebanyak 71 dari mereka menyakini tidak ada pelonggaran sanksi pada tahun ini. Dua pertiga responden mengatakan, Rusia menawarkan potensi pertumbuhan jangka panjang meskipun dampak sanksi jangka pendek.Namun 59 memproyeksikan pertumbuhan omzet dalam tiga tahun ke depan, bakal naik 53 dari tahun 2024. AEB menyatakan, bahwa Indeks Iklim Bisnis juga meningkat menjadi 127 poin dari 200, terus meningkat sejak jatuh menjadi 80 poin pada tahun 2022.

"[Ini] mengonfirmasi bahwa perusahaan Eropa di Rusia telah mencapai keseimbangan tertentu dalam realitas ekonomi baru," kata CEO AEB, Tadzio Schilling.

"Bisnis telah memasuki fase stabilisasi – perusahaan-perusahaan telah menyesuaikan model operasi mereka, menemukan rantai pasokan alternatif, dan belajar untuk bekerja di bawah kondisi pembatasan," paparnya.

Baca Juga: Ada 2.173 Perusahaan Barat Mundur dari Rencana Tinggalkan Rusia

Dia menambahkan, bahwa hasilnya mencerminkan "stabilitas lingkungan bisnis,", meski Ia memberikan catatan meskipun tantangan dan ketidakpastian yang sedang berlangsung, perusahaan tetap "berharap dengan hati-hati."

AEB mewakili lebih dari 380 perusahaan dari negara-negara UE, Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa, dan negara-negara asing lainnya yang beroperasi di Rusia. Survei tahun ini dilaksanakan antara bulan April dan Mei dan melibatkan masukan dari manajer puncak di 100 perusahaan anggota dari berbagai sektor.

Topik Menarik