Ekonomi China Lesu Digebuk Tarif Trump, Deflasi Produsen Terburuk dalam 2 Tahun

Ekonomi China Lesu Digebuk Tarif Trump, Deflasi Produsen Terburuk dalam 2 Tahun

Ekonomi | sindonews | Senin, 9 Juni 2025 - 20:58
share

Ekonomi China menunjukkan tanda-tanda pelemahan dengan deflasi di tingkat produsen mencapai level terburuk dalam dua tahun terakhir. Data terbaru menunjukkan ekspor China melambat ke level terendah tiga bulan pada Mei 2025, di tengah tekanan tarif Amerika Serikat (AS) dan melemahnya permintaan global.

Berdasarkan data bea cukai yang dirilis Senin (9/6), ekspor China ke AS anjlok 34,5 secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei, penurunan terbesar sejak Februari 2020 saat pandemi Covid-19 melanda. Secara keseluruhan, ekspor China hanya tumbuh 4,8 YoY, melambat dari 8,1 pada April dan di bawah proyeksi analis.

"Penurunan ekspor ini kemungkinan masih dipengaruhi oleh efek tarif AS, meskipun ada sedikit pelonggaran setelah gencatan senjata perdagangan," ujar Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk Greater China, dikutip dari Business Standard, Senin (9/6).

Baca Juga:Trump Telepon Xi Jinping Pertama Kali Sejak Perang Tarif, Apa Hasilnya?

Sementara, deflasi harga produsen (Producer Price Index/PPI) China semakin dalam, turun 3,3 YoY pada Mei, penurunan terbesar dalam 22 bulan. Hal ini mencerminkan lemahnya permintaan industri dan kelebihan kapasitas produksi.Impor China juga terkontraksi 3,4 YoY, lebih dalam dari penurunan 0,2 pada April. Melemahnya impor menunjukkan permintaan domestik yang lesu, diperparah oleh ketidakpastian ekonomi global. Perang dagang AS-China tetap menjadi tantangan besar. Meskipun kedua negara sepakat gencatan senjata 90 hari pada Mei lalu, ketegangan masih tinggi menyusul perbedaan pandangan atas isu Taiwan dan logam tanah jarang.

"Ekspor mungkin sedikit membaik bulan ini, tetapi tekanan akan kembali meningkat jika tarif AS naik lagi di akhir tahun," kata Zichun Huang, Ekonom Capital Economics.

Surplus perdagangan China pada Mei mencapai USD103,22 miliar, naik dari USD96,18 miliar di April. Namun, pertumbuhan ini lebih disebabkan oleh penurunan impor yang lebih cepat daripada peningkatan ekspor.

Sektor manufaktur China juga tertekan. Indeks Harga Produsen (PPI) yang minus menunjukkan perusahaan kesulitan menaikkan harga di tengah persaingan ketat dan permintaan yang lemah.

Baca Juga:Presiden Trump Perintahkan Pasukan Garda Nasional AS Bebaskan Los Angeles dari Kerusuhan

Pemerintah China telah merespons dengan stimulus moneter, termasuk pemotongan suku bunga dan program pinjaman senilai 500 miliar yuan. Namun, upaya ini belum cukup mendongkrak kepercayaan bisnis dan konsumen. Di pasar domestik, penjualan ritel melambat, sementara industri properti masih stagnan. Penjualan mobil, misalnya, hanya tumbuh 13,9 YoY pada Mei, turun dari 14,8 di April.

Topik Menarik