Trump Ancam Gebuk Tarif 50, Uni Eropa Justru Balas dengan Rasa Hormat
Uni Eropa (UE) menegaskan komitmennya untuk menjaga hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS) berdasarkan prinsip saling menghormati, meskipun Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif tinggi terhadap produk-produk dari Eropa.
Pernyataan ini disampaikan langsung Komisioner Perdagangan Uni Eropa, Maros Sefcovic, usai melakukan pembicaraan bilateral dengan perwakilan dagang AS, Jamieson Greer, dan Menteri Perdagangan, Howard Lutnick. "Uni Eropa sepenuhnya terlibat dan berkomitmen untuk mengamankan kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak," ujarnya dikutip dari BBC, Minggu (24/5).
Sefcovic menekankan hubungan perdagangan antara kedua blok ekonomi besar dunia ini seharusnya didasarkan pada rasa saling menghormati, bukan intimidasi. "Perdagangan UE-AS tak tertandingi dan harus dipandu oleh rasa saling menghormati, bukan ancaman. Kami siap membela kepentingan kami," lanjutnya.
16 Calon Anggota Dewan Energi Nasional Ikuti Fit and Proper Test di DPR, Berikut Daftarnya
Ancaman baru Trump mencuat ewat platform media sosial miliknya, Truth Social. Ia menyatakan kekecewaannya terhadap lambannya kemajuan negosiasi dengan Uni Eropa (UE). Ia mengancam akan memberlakukan tarif hingga 50 terhadap semua barang yang diimpor dari Eropa ke AS mulai 1 Juni mendatang.
"Saya tidak mencari kesepakatan. Kami telah menetapkan kesepakatan," ujar Trump. Namun, ia kemudian menyiratkan adanya kemungkinan penundaan penerapan tarif apabila ada investasi besar dari perusahaan Eropa ke AS.
Perdana Menteri Irlandia, Micheál Martin, mengingatkan jalan negosiasi adalah satu-satunya solusi berkelanjutan. "Kita tidak perlu menempuh jalan ini," katanya dalam pernyataan resmi.
Senada dengan Martin, Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Saint-Martin menegaskan, Eropa tetap mengedepankan de-eskalasi dalam menghadapi ketegangan perdagangan ini, namun siap mengambil langkah balasan jika diperlukan.
Pernyataan serupa datang dari Jerman. Menteri Ekonomi Katherina Reiche menilai bahwa penyelesaian melalui meja perundingan harus menjadi prioritas utama Uni Eropa. "Kita harus melakukan segalanya untuk memastikan Komisi Eropa mencapai solusi yang dinegosiasikan," katanya.
Sementara, Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengingatkan bahwa fluktuasi tarif dalam hubungan dagang dengan AS bukan hal baru. Ia mendukung strategi negosiasi yang ditempuh Komisi Eropa dan menyebut bahwa fleksibilitas adalah kunci.
Hubungan dagang Uni Eropa-AS tergolong besar. Data pemerintah AS mencatat nilai ekspor barang dari UE ke AS mencapai lebih dari USD600 miliar pada 2024, sementara impor dari AS ke UE tercatat sebesar USD370 miliar.
Trump sebelumnya juga telah memberlakukan tarif 20 atas sejumlah barang Eropa bulan lalu. Namun, tarif itu kemudian diturunkan menjadi 10 untuk memberi ruang negosiasi hingga 8 Juli. Trump menuding UE menciptakan ketidakseimbangan perdagangan karena lebih banyak menjual barang ke AS ketimbang membeli.
Tak hanya itu, Trump juga sempat mengancam akan memberlakukan pajak impor sebesar 25 persen terhadap produk iPhone yang tidak diproduksi di AS. Ancaman tersebut diperluas ke seluruh jenis ponsel pintar.
Dampaknya langsung terasa di pasar saham. Indeks S&P 500 turun 0,7, sementara indeks DAX Jerman dan CAC 40 Prancis masing-masing anjlok lebih dari 1,5 pada penutupan perdagangan Jumat.
Ketegangan perdagangan ini dikhawatirkan akan memicu perang dagang baru antara dua kekuatan ekonomi dunia, serupa dengan ketegangan antara AS dengan China. Namun, Uni Eropa masih menaruh harapan pada jalur diplomatik yang bermartabat dan saling menghargai.








