Bursa Asia Menguat Jelang Akhir Pekan, Pasar Cerna Data Jepang
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung naik pada perdagangan Jumat (23/5/2025) di tengah Wall Street ditutup beragam semalam.
Indeks Nikkei 225 terapresiasi 0,73 persen, sementara indeks Topix yang lebih luas menguat 0,79 persen ke 2.733 pada pukul 09.03 WIB, membalikkan pelemahan sehari sebelumnya setelah rilis data inflasi terbaru Jepang.
Melansir dari Trading Economics, inflasi utama di Jepang tetap stabil di angka 3,6 persen pada April, namun inflasi inti meningkat lebih tinggi dari perkiraan menjadi 3,5 persen—level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) terus memperketat kebijakan moneternya di tengah tekanan inflasi yang bertahan.
Indeks Shanghai Composite juga mendaki 0,11 persen, Hang Seng bertambah 0,35 persen, dan ASX 200 Australia terangkat 0,19 persen.
Sentimen investor juga terbantu oleh turunnya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun mendekati 4,5 persen setelah sempat menembus 4,6 persen pada Kamis.
Wall Street Bergerak Beragam
Sementara itu, indeks saham utama di Wall Street ditutup bervariasi pada Kamis, seiring turunnya imbal hasil obligasi pemerintah setelah rancangan undang-undang (RUU) pajak Presiden Donald Trump disetujui di DPR dan kini menuju Senat untuk pembahasan lebih lanjut.
Nasdaq Composite menguat 0,3 persen ke 18.925,7. Adapun S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average relatif tidak berubah, masing-masing di level 5.842 dan 41.859,1.
Sebagian besar sektor mencatatkan pelemahan, dengan sektor utilitas memimpin penurunan, sedangkan sektor konsumsi non-primer mencatatkan kenaikan terbesar.
RUU pajak tersebut disahkan oleh DPR yang dikuasai Partai Republik dengan suara tipis 215-214. Namun, analis Stifel menilai bahwa rancangan tersebut akan menghadapi jalur rumit di Senat.
Trump dalam unggahan di media sosial menyatakan bahwa RUU tersebut mencakup pemangkasan pajak besar-besaran, tanpa pajak atas uang tip dan lembur, serta potongan pajak bagi pembelian kendaraan buatan Amerika.
Ia menambahkan, “Kini saatnya Senat bekerja dan mengirimkan RUU ini ke meja saya secepatnya!”
Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan RUU pajak dan imigrasi ini bisa menambah defisit AS sebesar USD 2,3 triliun dalam 10 tahun mendatang, menurut laporan The Washington Post.
Sementara itu, sejumlah media melaporkan bahwa RUU tersebut menghapus berbagai insentif untuk energi bersih. Saham produsen inverter surya Enphase Energy anjlok hampir 20 persen, menjadi penurunan harian terbesar di indeks S&P 500. (Aldo Fernando)