AS Kirim Bantuan Rp2.078 Triliun ke Ukraina, Trump Ungkap Kekesalannya
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku khawatir miliaran dolar terbuang sia-sia untuk bantuan ke Ukraina. Dalam sebuah wawancara, pembawa acara Fox News Bret Baier bertanya kepada Trump apakah ia percaya bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin adalah halangan untuk mencapai perdamaian antara Moskow dan Kiev.
Alih-alih menjawab pertanyaan tersebut, Trump malah melayangkan kritik kepada Presiden Ukraina, Vladimir Zelensky. "Saya memiliki dialog yang sangat sulit dengan Zelensky, karena saya tidak suka apa yang dia katakan. Dia tidak mempermudahnya. Dan saya selalu bilang dia tidak punya kartu," kata presiden AS itu.
Dia kemudian mengecam bantuan yang dikirim AS ke Kiev oleh pendahulunya, mantan Presiden Joe Biden. "Uang adalah uang. Ada yang mengganggu saya – saya benci melihat bagaimana adanya, Anda tahu saya kesal. Saya benci melihat cek senilai USD60 miliar," kata Trump.
"Saya pikir Zelensky adalah penjual terhebat di dunia, jauh lebih baik dari saya. Dia datang ke Washington – dia keluar dengan seratus juta setiap saat."
"Kongres sangat kesal tentang hal itu. Anda tahu, mereka berkata, ke mana semua uang ini pergi?" ungkap Trump menambahkan, bahwa kemampuan Zelensky untuk melobi bantuan Amerika makin lama mulai berkurang.
Sebagai informasi AS telah memberikan sekitar USD128 miliar atau setara Rp2.078 triliun (kurs Rp16,239 per USD) kepada Ukraina sejak 2022, termasuk USD66,5 miliar dalam bentuk bantuan militer.
Meskipun Trump melayangkan kritik, baik terhadap Zelensky dan Putin di masa lalu, ia sebagian besar menyalahkan Ukraina dan pemerintahan Biden atas konflik yang berlangsung dengan Rusia.
Selama dialog panas di Oval Office pada bulan Februari, Trump menuduh Zelensky tidak bersyukur atas dukungan AS dan mengklaim bahwa pemimpin Ukraina tersebut "berjudi dengan Perang Dunia III."
Namun sejak saat itu, Trump melunak dalam retorikanya terhadap Ukraina dan balik mengancam bakal memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap Moskow jika tidak ada kesepakatan damai yang tercapai. Rusia dan Ukraina mengadakan pembicaraan langsung pertama mereka dalam tiga tahun di Istanbul pada akhir pekan kemarin.
Kepala tim negosiasi Rusia, Vladimir Medinsky menyatakan bahwa kedua belah pihak sepakat untuk melakukan pertukaran tahanan besar yang melibatkan 1.000 tawanan perang dari masing-masing pihak. Ditambah serta melanjutkan pembicaraan setelah masing-masing pihak menyiapkan proposal gencatan senjata yang rinci.
Mendamaikan Perang Rusia Ukraina
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan hanya pertemuan pribadi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan menghasilkan kemajuan dalam menyelesaikan konflik Ukraina.Delegasi dari Moskow dan Kiev dijadwalkan bertemu di Istanbul pada 15 Mei, menyusul usulan Putin pekan lalu untuk melanjutkan dialog langsung yang ditujukan pada penyelesaian yang langgeng. Tim Kremlin menunggu perwakilan Kiev tiba mulai Kamis pagi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan di kemudian hari bahwa ia akan mengirim delegasi yang dipimpin Menteri Pertahanan Rustem Umerov. Pembicaraan tersebut dilaporkan telah diundur hingga Jumat.
Trump, yang sebelumnya mendesak Kiev menerima usulan Putin "segera," mengatakan kepada wartawan pada hari Kamis, "Tidak akan terjadi apa-apa sampai Putin dan saya bertemu."