Begini Cara OJK Bangkitkan Industri Tekstil yang Serap 4 Juta Pekerja
JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkuat dukungan terhadap sektor riil, khususnya industri tekstil dan produk tekstil (TPT), yang dinilai sebagai salah satu sektor strategis dalam mendorong transformasi ekonomi nasional. Dukungan tersebut diwujudkan melalui sinergi lintas sektor untuk membangun ekosistem industri tekstil yang tangguh, efisien, dan mampu bersaing di pasar global.
“Industri TPT nasional memiliki potensi besar, baik dari sisi pasar domestik maupun ekspor. Namun, tantangan struktural seperti tingginya biaya logistik dan ketergantungan terhadap pasar ekspor tertentu perlu segera diatasi secara komprehensif melalui pendekatan Indonesia Incorporated, yaitu kolaborasi nyata antara pelaku industri, perbankan, BUMN, dan pemerintah,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, Sabtu (17/5/2025).
1. Arahan Presiden Prabowo
Pernyataan tersebut disampaikan Dian dalam acara konsinyering yang digelar OJK di Jakarta, bersama sejumlah kementerian terkait, industri perbankan, dan pelaku usaha TPT. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden RI dalam Sarasehan Ekonomi Nasional, sekaligus bagian dari pelaksanaan amanat UU Nomor 59 Tahun 2024 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045.
2. Biaya Logistik dan Ketergantungan Pasar Ekspor Jadi Sorotan
Dalam diskusi tersebut, OJK menyoroti beberapa tantangan utama industri TPT, mulai dari tingginya biaya logistik hingga kebutuhan diversifikasi pasar ekspor, yang selama ini masih bergantung pada negara seperti Amerika Serikat, Turki, China, Malaysia, dan Jepang.
3. Peran Sektor Jasa Keuangan dalam Penguatan Industri
Dian juga menekankan peran penting sektor jasa keuangan dalam mendukung struktur bisnis industri TPT. Ia menyebut, sinergi antara industri perbankan dan pelaku usaha perlu diperkuat agar pembiayaan menjadi lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.
Ekspansi kredit, lanjutnya, juga harus disertai penguatan manajemen risiko dan penerapan prinsip kehati-hatian.
4. Data Pembiayaan dan Kontribusi terhadap Ekonomi
Hingga Maret 2025, total kredit perbankan kepada industri TPT dan alas kaki mencapai Rp160,41 triliun, atau setara 2,03 dari total kredit nasional. Sektor ini juga menyumbang 32,79 dari total tenaga kerja di industri padat karya, atau sekitar 4 juta orang pada 2024.
Pertumbuhan industri TPT pada Maret 2025 tercatat 4,64 persen (year-on-year), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,26 persen. Sektor ini berkontribusi 1,02 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
5. Potensi Investasi
Diskusi juga menyoroti potensi besar industri TPT di Indonesia, baik dari sisi pasar dalam negeri maupun minat investasi asing yang terus meningkat. Tren positif terlihat dari peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA) ke sektor ini dalam beberapa tahun terakhir.
Pemerintah disebut telah menyiapkan berbagai insentif untuk mendorong sektor ini, antara lain:
- Program restrukturisasi mesin produksi
- Penguatan rantai pasok dan ketersediaan bahan baku
- Insentif fiskal seperti pengurangan bea masuk dan pajak
- Subsidi listrik untuk industri padat karya
6. Regulasi dan Ekonomi Sirkular
Para pelaku industri juga menyuarakan kebutuhan akan kebijakan yang lebih terintegrasi. Beberapa hal yang menjadi sorotan adalah:
- Kepastian regulasi yang melindungi produsen lokal
- Transparansi perizinan AMDAL
- Pengawasan terhadap impor pakaian jadi
- Pembiayaan murah dan pelatihan tenaga kerja
- Penguatan rantai pasok dari hulu ke hilir
- Dukungan penggunaan energi bersih dan pengembangan ekonomi sirkular
OJK berharap hasil diskusi ini dapat menjadi pijakan dalam merumuskan kebijakan konkret yang mampu memperkuat daya saing dan keberlanjutan industri TPT nasional, yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung industri ekspor dan sektor padat karya di Indonesia.