Praktisi Ramal Bulog Bisa Capai Target Serap 3 Juta Ton Beras saat Panen Raya

Praktisi Ramal Bulog Bisa Capai Target Serap 3 Juta Ton Beras saat Panen Raya

Ekonomi | inews | Jum'at, 21 Februari 2025 - 17:45
share

JAKARTA, iNews.id - Pemerintah menargetkan Perum Bulog untuk menyerap beras 3 juta ton dari dalam negeri. Hal itu mengingat komitmen pemerintah untuk tidak mengimpor beras di tahun ini.

Perum Bulog pun optimistis mampu menyerap gabah dan beras dari dalam negeri setara 3 juta ton saat panen raya 2025. Untuk memenuhi target itu, Bulog berkoordinasi dengan kekuatan jaringan TNI-Polri khususnya Babinsa di desa untuk memudahkan pemantauan panen di titik-titik produksi.

Terkait hal itu, Praktisi Hukum, Politisi, Aktivis dan Penulis Firliana Purwanti yakin Bulog mampu mencapai target tersebut.

“Dalam keadaan darurat ketahanan pangan, pemerintah bisa menempuh jalan terbaik demi terciptanya swasembada pangan, hal ini sesuai dengan UU nomor 18 tahun 2012 tentang pangan," ujar dia dikutip iNews.id, Jumat (22/2/2025).

Berdasarkan UU nomor 18 tahun 2012 pasal 30 ayat 1, kata Firliana, dijelaskan bahwa pemerintah berhak menyelenggarakan pengadaan, pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pemerintah. Sedangkan, dalam pasal 31 ayat 1 disebutkan bahwa penyaluran cadangan pangan pemerintah, dilakukan untuk menanggulangi antara lain kekurangan pangan dan gejolak harga pangan.

Pada musim panen raya yang dimulai bulan Maret, diperkirakan Perum Bulog dapat menyerap secara maksimal sebesar 2,1 juta ton dari penggilingan padi dan 900.000 ton dari petani. Hal ini sesuai informasi dari BPS dan Kementerian Pertanian, di mana diperkirakan untuk musim panen kali ini (hingga April 2025) diperkirakan surplus sekitar 4,9 juta ton.

“Kebijakan penyerapan dalam negeri yang maksimal dapat menahan lonjakan harga beras dan menjaga pasokan pangan tetap stabil. Perum Bulog berperan sebagai penyangga antara petani dan konsumen, memastikan bahwa distribusi beras berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan yang dapat merugikan salah satu pihak,” ujar Agus Saifullah, pakar ekonomi pertanian.

Topik Menarik