PUPR Sebut Kapasitas Penyaluran Air Bersih Tak Sebanding Pertumbuhan Penduduk

PUPR Sebut Kapasitas Penyaluran Air Bersih Tak Sebanding Pertumbuhan Penduduk

Ekonomi | inews | Jum'at, 24 Mei 2024 - 07:35
share

JAKARTA, iNews.id - Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Endra S Atmawidjaja menyebut hingga saat ini masyarakat Indonesia belum seluruhnya mendapatkan akses air bersih. Hal itu karena keterbatasan pemerintah dalam hal anggaran untuk membangun infrastruktur penyalur air.

Menurutnya, pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat tidak seimbang dengan anggaran yang tersedia untuk menyediakan air bersih kepada masyarakat.

"Pertumbuhan penduduk bergerak lebih cepat dari kemampuan kita menyalurkan air, sehingga memang perlu akselerasi," ujar Endra dalam konferensi pers Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum (KTT WWF) secara virtual, Kamis (23/5/2024).

Endra menambahkan, terdapat hal-hal yang menjadi kendala dalam mewujudkan akses air bersih kepada seluruh masyarakat Indonesia, seperti urbanisasi dan tantangan perubahan iklim. Kemudian, ancaman kekeringan dan banjir bandang sebagai dampak dari perubahan iklim ekstrem membuat permintaan air menjadi lebih cepat di masyarakat.

"Memang akses ke air masih menjadi tantangan, ini basic tapi sampai saat ini kita belum mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat," ucapnya.

Lebih lanjut, Endra memaparkan hingga saat ini akses air kepada masyarakat mencapai 92 persen, namun yang sudah dilayani oleh sistem perpipaan baru 30 persen. Sisanya masyarakat harus mengunjungi sumber mata air jika hendak mengakses air bersih.

Sedangkan untuk sanitasi saat ini baru mencapai 81 persen, namun untuk sanitasi perpipaan angkanya masih di bawah 50 persen. Artinya, lebih dari 50 persen limbah masyarakat masih belum tertampung dalam satu wadah, alias terbuang sembarangan

Endra berharap, salah satu tujuan penyelenggaraan KTT WWF ke-10 di Bali ini mampu menurunkan gap tersebut. baik melalui kerja sama pemerintah maupun skema investasi.

"Jadi forum ini merupakan upaya untuk mengejar ketertinggalan itu. Sehingga gap -nya tidak menjadi lebih lebar, dan semua negara mengakui bahwa kita sudah off track dari target SDGs tahun 2030," ucapnya.

Topik Menarik