Pastikan Aman, Pemerintah Minta Masyarakat Tak Panik Soal Stok Beras Nasional

Pastikan Aman, Pemerintah Minta Masyarakat Tak Panik Soal Stok Beras Nasional

Ekonomi | IDX Channel | Sabtu, 24 Februari 2024 - 15:16
share

IDXChannel - Lonjakan harga beras yang terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa waktu terakhir terus memantik kekhawatiran di kalangan masyarakat.

Pasalnya, lonjakan harga tersebut oleh sebagian pihak dinilai dapat terjadi sebagai akibat dari menipisnya stok beras yang dimiliki pemerintah secara nasional.

Menjawab spekulasi tersebut, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta masyarakat untuk tidak panik, sembari memastikan bahwa stok beras nasional saat ini dalam keadaan aman terkendali.

"Jadi sebenarnya (stok) beras itu ada dan kami jamin cukup. Masyarakat tidak perlu panic buying (pembelian berdasar kepanikan) karena memang pemerintah sudah mempersiapkan jauh-jauh hari," ujar Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, Sabtu (24/2/2024).

Menurut Arief, stok beras di Indonesia sudah dipersiapkan dengan baik oleh pemerintah jauh-jauh hari, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran bakal terjadinya kekurangan pasokan.

Arief menyatakan bahwa per 19 Februari 2024 lalu, stok beras secara nasional yang dikelola oleh Bulog secara total mencapai 1,4 juta ton.

Penyerapan beras yang bersumber dari petani dalam negeri di tahun ini realisasinya juga telah menyentuh angka 107 ribu ton.

Sementara, untuk stok Cadangan Beras Pemerintah Provinsi (CBPP) hingga minggu kedua Februari 2024 secara keseluruhan diketahui sebanyak 7,5 ribu ton.

Arief juga menekankan bahwa pada Maret 2024 mendatang diproyeksikan akan terjadi panen beras sebanyak 3,5 juta ton. Proyeksi ini diharapkan dapat memberikan tambahan pasokan beras yang cukup signifikan, serta membantu menekan harga beras di pasaran.

Namun demikian, Arief juga menilai pentingnya menjaga nilai tukar petani (NTP) agar tidak mengalami penurunan yang signifikan.

Arief juga menyebut bahwa harga beras dipengaruhi oleh harga gabah, di mana jika harga gabah naik, harga beras pun akan mengikuti.

"Misalnya rata-rata Rp8.000-Rp8.500 memang harga berasnya akan Rp16.000. Kenapa demikian? Memang ini terjadi di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah pemerintah akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," tutur Arief.

Selain itu, Arief juga mengungkapkan bahwa dalam delapan bulan terakhir, produksi beras di Indonesia mengalami defisit jika dibandingkan dengan konsumsi.

Terkait dengan indeks harga beras dunia, Arief menyebutkan ada kenaikan yang signifikan, mencapai 13 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Namun, pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang tepat dengan melakukan importasi beras untuk memperkuat Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dan melakukan stabilisasi harga di pasaran lewat penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Selain itu bantuan pangan beras 10 kg yang menyasar 22 keluarga penerima manfaat serta Gerakan Pangan Murah (GPM) yang mendatangi langsung ke pemukiman penduduk atau tempat keramaian untuk menjual beras dengan harga yang dapat dijangkau masyarakat.

Dalam kerangka peningkatan produksi beras, Arief menyebutkan bahwa pemerintah telah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk meningkatkan luas panen padi.

Arief menyebut bahwa dengan proyeksi luas panen yang semakin bertambah, diharapkan produksi beras dapat meningkat sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

"Kami close coordination dengan Bapak Menteri Pertanian yang hari ini bersama jajarannya bekerja keras untuk melakukan tanam. Jadi panennya bisa 2,5 juta ton per bulan dan ini confirm memang harus dikerjakan. Kemarin sempat tertunda tanam karena ada climate change El Nino di akhir tahun," tegas Arief. (TSA)

Topik Menarik