Sulit Terganti, Ini Deretan Kelebihan Sawit Dibanding Minyak Nabati Lain

Sulit Terganti, Ini Deretan Kelebihan Sawit Dibanding Minyak Nabati Lain

Ekonomi | IDX Channel | Sabtu, 24 Februari 2024 - 15:06
share

IDXChannel - Keberadaan komoditas sawit diyakini merupakan berkah yang dapat mendorong peningkatan ekonomi nasional dan juga kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Karenanya, langkah hilirisasi di industri kelapa sawit diklaim merupakan pilihan tepat yang harus menjadi prioritas bagi seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah hingga pelaku industrinya sendiri.

"Mau tak mau hilirisasi harus dilakukan," ujar Mantan Menteri Perindustrian, Saleh Husin, dalam sidang promosi doktor, di Makara Art Center UI Depok, Jawa Barat, Sabtu (24/2/2024).

Melalui sidang promosi tersebut, Saleh kini resmi menyandang gelar Doktor Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia (UI).

Menurut Saleh, langkah hilirisasi memerlukan investasi yang besar, produksi yang efisien dan pengaturan ekspor yang optimal.

Simulasi yang dilakukan dalam disertasi ini menunjukkan bahwa bila penurunan ekspor produk hulu sebesar lima persen dan ekspor produk hilir meningkat 15 persen, maka diperkirakan devisa Indonesia akan meningkat sebesar USD7 miliar per tahun.

"Sehingga PDB (Produk Domestik Bruto) yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi, juga akan meningkat. Hilirisasi menjadi produk-produk jadi langsung pakai oleh konsumen, seperti kosmetika dan sabun, paling mungkin menggunakan minyak kelapa sawit," tutur Saleh.

Saleh menjelaskan, minyak sawit merupakan produk yang sulit tergantikan oleh minyak nabati lain, dengan karakteristiknya yang paling mudah untuk dijadikan produk-produk turunan.

Selain itu, luas lahan yang diperlukan untuk pengembangan industri sawit relatif lebih kecil dibanding komoditas lain, sehingga biaya produksi yang dibutuhkan juga relatif paling rendah dibanding minyak nabati lain.

Dikatakan Saleh, hilirisasi dapat memperbaiki produktivitas dari petani sawit swadaya. Petani swadaya menguasai 42 persen lahan sawit di Indonesia. Namun produksinya masih sangat rendah yaitu 2-3 ton per hektare per tahun.

"Jadi masih sangat jauh dibandingkan dengan perkebunan besar yang dimiliki oleh perusahaan kelapa sawit yang memproduksi 5-7 ton per hektare per tahun," ungkap Saleh.

Saleh juga menyatakan bahwa kebutuhan minyak kelapa sawit untuk memproduksi produk-produk hilir di dalam negeri membuat harga kelapa sawit yang memenuhi standar jadi meningkat.

Dengan demikian, upaya hilirisasi pada akhirnya juga akan memaksa petani untuk memproduksi kelapa sawit sesuai standar, dengan produktivitas yang juga lebih tinggi.

"Hilirisasi memperkuat posisi Indonesia sebagai penjual sawit terbesar di dunia, dengan memperlemah posisi pembeli minyak sawit yang selama ini mendominasi perdagangan sawit internasional," papar Saleh.

Sehingga, lanjut Saleh, langkah hilirisasi pada akhirnya juga memungkinkan Indonesia untuk memperkecil ekspor ke negara-negara pedagang kelapa sawit, dengan tidak mengurangi produksi nasional. (TSA)

Topik Menarik