Penjualan REC Laris-Manis, PLN Diklaim Sukses Penuhi Kebutuhan Listrik Hijau

Penjualan REC Laris-Manis, PLN Diklaim Sukses Penuhi Kebutuhan Listrik Hijau

Ekonomi | IDX Channel | Rabu, 7 Februari 2024 - 17:46
share

IDXChannel - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mencatatkan peningkatan penjualan Renewable Energy Certificate (REC) hingga 101 persen di sepanjang 2023 lalu.

Capaian tersebut pun panen apresiasi, dan dianggap sebagai tolok ukur obyektif terkait kesuksesan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut dalam penyediaan energi bersih bagi industri dalam negeri.

PLN mencatat total penggunaan REC di sepanjang 2023 lalu mencapai 3,54 TWh, melonjak drastis dibandingkan dengan realisasi 2022 yang sebesar 1,76 TWh.

Sejak diluncurkan pada tahun 2020 hingga akhir 2023, penjualan total REC PLN telah melebihi 5 Terrawatt hour (TWh).

Menurut Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS), Ali Ahmudi Achyak, catatan lonjakan massif tersebut menandakan bahwa layanan REC PLN semakin diminati.

"Pentingnya REC sebagai langkah dekarbonisasi, terutama di sektor industri dan bisnis, dijelaskan sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi kunci daya saing industri saat ini," ujar Ali, Selasa (6/2/2024).

Diketahui, REC merupakan layanan yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan untuk memudahkan mereka memperoleh pengakuan atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) secara transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional.

Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt-hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.

Hingga akhir 2023, lebih dari 269 pelanggan telah memanfaatkan REC PLN, di mana sektor industri dan bisnis di wilayah Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan DKI Jakarta menjadi pengguna terbanyak.

Ali menjelaskan, terdapat enam pembangkit PLN yang siap menyuplai listrik hijau untuk pelanggan REC, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang di Jawa Barat, PLTP Lahendong di Sulawesi Utara, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bakaru di Sulawesi Selatan , PLTP Ulubelu di Lampung, PLTA Cirata di Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur di Jawa Tengah.

Menurut Ali, banyak hal yang telah dilakukan PLN untuk mencapai net zero emissions/NZE pada 2060.
"PLN telah mengambil langkah yang luar biasa terkait transisi energi. Bahkan pada 2040, PLN sudah menargetkan 75 persen pembangkit mereka itu akan berubah ke energi terbarukan," tutur Ali.

Sebagai bukti, dikatakan Ali, PLN sedang getol melakukan transisi energi dengan sejumlah cara antara lain dengan co-firing, menggenjot pemanfaatan gas, serta menambah kapasitas pembangkitan listrik melalui geothermal, angin dan matahari.

"Hal itu membuat pembangkitan listrik makin hijau dan perusahaan tersebut bisa mencapai NZE dalam waktu cepat. Perlu diketahui, kosep NZE adalah menyeimbangkan penggunaan energi fosil dan nonfosil. Bukan meniadakan penggunaan energi fosil ya," ungkap Ali.

Ali menjelaskan, PLN sudah memprogramkan antara lain dengan melakukan co-firing yang mengurangi konsumsi batubara dengan dicampur secara perlahan komposisinya dinaikkan dengan biomasa.

"Biomassa ini kan termasuk juga energi baru terbarukan," papar Ali.

Ali menyebut ada sedikitnya 52 pembangkit listrik dari 114 pembangkit yang yang sudah siap membangkitkan listrik dengan co-firing.

"Lebih khusus lagi di Sumatera dan Jawa yang sekitar 28 pembangkit listrik," tegas Ali. (TSA)

Topik Menarik