Kisah Pengrajin Barong Disabilitas, Bisa Mandiri dan Hasilkan Cuan dengan Keterbatasan Fisik

Kisah Pengrajin Barong Disabilitas, Bisa Mandiri dan Hasilkan Cuan dengan Keterbatasan Fisik

Ekonomi | BuddyKu | Sabtu, 11 Februari 2023 - 10:54
share

BANYUWANGI, celebrities.id - Keterbatasan fisik tidak membuat Mustaqbilal (41), warga Kelurahan Bakungan, Banyuwangi, menyerah menjadi seorang pengrajin barong. Dia mengisahkan telah menekuni dunia memahat sejak 20 tahun lalu, meski kondisi tangan kanan dan kedua kakinya yang tidak sempurna.

"Saya belajar otodidak melihat kerja kakak yang juga ahli memahat. Belajar memahat sudah 20 tahun lalu," ucap Bilal, sapaan akrabnya saat ditemui pada Sabtu (11/2/2023).

Awalnya Mustaqbilal kesulitan menggunakan peralatan memahat itu. Apalagi dengan kondisi fisiknya yang tak sempurna. Tetapi hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk belajar lebih lagi.

Seiring berjalannya waktu, pria satu orang anak ini bisa menemukan formula tepat, sehingga pengerjaan pahatannya kian mudah. Palu dia ikatkan pada lengannya. Alat pahat dipegang di tangan kiri yang masih utuh. Sementara, untuk gergaji dia menggunakan yang model portable.

"Awalnya ya perlu penyesuaian saat ini sudah lancar. Ini saya kerjakan sendiri. Dulu awal-awal proses pembuatan bisa sampai 10 hari, saat ini empat hari sudah selesai bahkan sampai tahap finishing," ujarnya.

Dari proses belajar dan bimbingan kakaknya inilah, ia kemudian mencoba membuat karya-karya sendiri berukuran kecil terlebih dahulu. Perlahan tapi pasti, karyanya banyak disukai orang lain, yang membuatnya kian termotivasi lagi.

"Dulu minatur kecil-kecil ada yang suka lalu dibeli dengan harga Rp5 ribu," ucap pria yang akrab disapa Bilal ini.

Sementara untuk membuat Barong Kumbo khas Banyuwangi dengan ukuran besar, ia tidak bisa melakukannya sendiri. Mengingat saat proses pembuatan barong itu, memerlukan gergaji mesin ukuran besar menyesuaikan bentuk ukuran Barong Kumbo.

"Dulu pernah dapat job mengerjakan Barong Kumbo, itu pengerjaannya lumayan berat," pungkas Ketua Seni Jaranan Lingkungan Karangasem, Kelurahan Bakungan ini.

Sementara untuk jenis kerajinan pahatan yang lebih kecil dan mudah seperti Barong Devil dan Barong Macanan ini ia kerjakan sendiri. Hasil karya Bilal pun cukup dikagumi banyak orang.

Bahkan dia sempat mengerjakan trofi untuk kejuaraan selancar dunia bertajuk World Surf League 2022 yang sempat diadakan di Kabupaten Banyuwangi. Saat itu kata Bilal, trofi berbentuk barong diminta panitia dibuatkan khusus untuk peselancar yang menjadi juara.

"Bentuknya barong dan saya bangga karena jadi trofi untuk pemenang lomba selancar kelas dunia," ucapnya.

Pesanan pun berdatangan tak hanya dari masyarakat sekitar Banyuwangi, melainkan hingga Papua juga. Sebulan dia terbanyak bisa mengerjakan 10 pesanan barong berukuran sedang.

"Kalau orderan tiap bulan bervariasi, paling banyak pernah mencapai 10 orderan sebulan. Kalau pas sepi ya sepi banget kayak pas corona. Pas ramai ya lumayan. Untuk harga bervariatif untuk Barong Devil dan Barong Macanan antara Rp2 juta hingga Rp3 juta, Barong Kumbo Rp12 juta," tuturnya.

Ketika pesanan sepi, Bilal menyiasatinya dengan mengerjakan miniatur dan souvenir yang datang dari toko-toko artshop.

"Untuk souvenir dihargai Rp50 ribu hingga Rp100 ribu per satuannya," ujar dia.

Meski sukses menjadi pemahat kerajinan barong, ia sebenarnya pernah menjadi korban penipuan oleh salah satu orang dari Madura yang sempat mengajaknya bekerja di Kalimantan tahun 2009 lalu. Kala itu ia diminta diajak kerja menjadi penjaga toko kitab. Namun setiba di daerah Borneo itu dia justru dipekerjakan sebagai pengemis.

Hal yang bertolak belakang dengan jiwanya. Dia tidak bisa banyak melawan karena mendapat ancaman. Namun dalam satu momen dia akhirnya bisa melarikan diri dan pulang ke Banyuwangi.

"Dulu diminta ngemis setiap hari saya hanya bisa nurut. Saya ga diberi uang cuma diberi makan, tapi syukur akhirnya bisa lolos dan berkat bantuan orang akhirnya bisa pulang ke Banyuwangi," ujarnya.

Topik Menarik