Mengetahui Arti Alhamdulillah Beserta Keutamaan Mengucapkannya
ARTI Alhamdulillah ( ) beserta maknanya sangat penting diketahui setiap Muslimin. Pasalnya, kalimat ini sudah sangat dikenal dan sering diucapkan di mana pun dan kapan pun.
Alhamdulillah merupakan bacaan tahmid. Kata Alhamdulillah memiliki arti harfiah "Segala puji bagi Allah." Lafadz ini menetapkan kesempurnaan Allah Subhanahu wa Ta\'ala dalam nama, sifat, dan perbuatan-Nya yang mulia.
Dikutip dari nu.or.id , Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin mengungkapkan setiap Muslim mengetahui dan pernah membaca kalimat Alhamdulillah ( ). Di dunia pesantren, kalimat ini bermakna segala pujian itu dimiliki oleh Allah Subhanahu wa Ta\'ala, atau yang berhak dipuji hanya Allah Ta\'ala, atau segala pujian itu khusus bagi-Nya.
Dilihat dari perspektif bahasa Arab, asal kalimat Alhamdulillah ( ) adalah (Hamidtu hamdan lillahi (Aku telah memuji dengan suatu pujian untuk Allah)). Selanjutnya dicukupkan hanya dengan menyebut kata benda dasar ( ) tanpa menyebutkan kata kerjanya ( ).
Kata kerja tersebut yakni dibuang, kemudian ditempatkanlah kata benda dasar menjadi "Hamdan lillahi " dan selanjutnya dimasukkan huruf alif dan lam ( ) padanya sehingga kalimat tersebut tersusun menjadi Alhamdulillah ( ) untuk menunjukkan makna keberlangsungan selamanya ( ).
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keberlangsungan ( ) dan kontinuitas ( ) pujian itu diperoleh dari peralihan Al-jumlah al-fi\'liyyah kepada Al-jumlah al-ismiyyah, karena pernyataan " (Zaid itu orang yang berdiri)" tidaklah menunjukkan kecuali " (penetapan berdiri bagi Zaid) ".
Sedangkan keberlangsungan dan kontinuitasnya dapat diketahui hanya dari aspek peralihan dari Al-jumlah al-fi\'liyyah kepada Al-jumlah al-ismiyyah.
Pujian itu khusus bagi Allah Subhanahu wa Ta\'ala sebagaimana diperoleh dari susunan kalimatnya yang sempurna, baik menjadikan huruf "Lam al-ta\'rif ( )" dalam kata "Al-hamdu ()" yang berfungsi Lil-istighraq [] sebagaimana pendapat Jumhur al-\'ulama, dan ini cukup jelas, atau berfungsi Li al-jinsi [] sebagaimana dikemukakan oleh al-Zamakhsyari karena huruf Lam [] pada kata Lillahi [] berfungsi Li al-ikhtishash [ ].
Sebab, memang senyatanya bahwa keseluruhan pujian itu khusus bagi Allah saja dan karena tiada suatu kebaikan pun kecuali Dia sajalah penguasanya.
Oleh karena itu, hendaklah lidah dan sikap kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta\'ala dengan sepenuh rasa mengagungkan Dia Sang Pemberi Nikmat tak terhingga banyaknya, baik kepada yang orang yang memberikan pujian kepada-Nya atau tidak.
Pasalnya, segala pujian itu pada hakikatnya adalah khusus bagi-Nya dan hanya menjadi milik-Nya semata. Jadi saat manusia mendapat pujian hendaklah pujian itu dikembalikan kepada pemilik pujian yang sesungguhnya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta\'ala, dengan mengucapkan Alhamdulillah.
Bila mampu memahami hakikat tersebut dan tidak enggan mengucapkan Alhamdulillah niscaya manusia tidak selalu mengharap atau tergila-gila pada pujian, tidak menjadi besar kepala dan lupa diri karena pujian dan kita akan menunaikan dan menuntaskan tugas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dengan penuh kesadaran diri, bukan bekerja sekedarnya demi berharap pujian makhluk-Nya.
Namun demikian, janganlah enggan dan berat untuk memuji segala ide, ucapan, dan perbuatan terpuji yang dilakukan oleh siapa saja, karena barangkali si penerima pujian itu menyadari sepenuh hatinya bahwa semua itu terjadi atas izin-Nya lalu ia mengucapkan Alhamdulillah yang juga menjadi sebab mengalirnya pahala baginya dan bagi kita.
Wallahu a\'lam bisshawab .









