Bukan Ki Pangjangmas tetapi Ki Ragabanda, Suami Pertama Ratu Malang
YOGYAKARTA, NETRALNEWS.COM- Misteri kisah menyedihkan Ratu Malang sedikit-demi sedikit mulai terkuak seiring dengan berjalannya waktu. Memang, sejarah Ki Panjangmas dan Ratu Malang masih minim sumber, sehingga sejarawan harus sabar untuk terus mencari sumber-sumber valid tentang Ratu Malang.
Pembahasan tentang Ki Dalang Panjangmas ini disampaikan oleh Dr. Sri Margana dalam kesempatan acara Dialog Sejarah pada 26 Agustus 2023 di Pendopo Kelurahan Pleret, Kecamatan Pleret Bantul Yogyakarta.
Acara yang dihadiri oleh Taufiq Kamal, Lurah Pleret ini, merupakan hasil dari kerja sama antara Dinas Kebudayaan ( Kunda Kabudayan ) DI Yogyakarta dengan Prodi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Yogyakarta. Tema yang diusung adalah Pleret Benteng Revolusi dan Puncak Peradaban Islam.
Selain Dr. Margana sebagai narasumber, turut hadir sebagai pembicara Dr. Muhammad Iqbal Birsyada dan Eko Isdianto, S.Sos.
Ikan Salmon Vs Ayam, Lebih Sehat Mana?
Ulasan yang menarik adalah sebutan Ki Panjangmas sebenarnya kurang pas jika disematkan kepada suami pertama Ratu Malang. Untuk itulah Dr. Margana berpesan walaupun sejarah lisan sudah baku menyebut bahwa suami pertama Ratu Malang itu bernama Ki Panjangmas tetapi sesungguhnya suami pertama Ratu Malang itu bernama asli, Ki Dalang Ragabanda.
Sumber yang dipakai Dr. Margana berasal dari tulisan keturunan ketujuh Ki Dalang Panjangmas yang bernama Kiai Redi Tanaja.
Naskah ini ditulis untuk kepentingan trah seperti dikatakan oleh penulisnya pada bagian awal naskah. Naskah ini sekarang disimpan di Perpustakaan Rekso Pustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Naskah ini ditulis pada tahun 1862 (AJ) atau 1931 Masehi.
Dikisahkan dalam naskah itu bahwa Ki Juru Martani atau dikenal sebagai Ki Mandaraka, penasihat Panembahan Senapati mempunyai putra bernama Ki Juru Kithing.
Dalam Babad Tanah Jawi dipaparkan disebut Ki Juru Kithing karena jari-jarinya kithing . Ki Juru Kithing mempunyai putra bernama Ki Panjangmas.
Sosok Ki Panjangmas dalam naskah itu digambarkan sebagai sosok yang mumpuni dalam hukum-hukum agama Islam sehingga dapat dikatakan sebagai wali. Ki Panjangmas berprofesi sebagai dalang istana sehingga membuat dirinya semakin terkenal.
Ki Panjangmas dalam masyarakat Mataram sangat dihormati karena mempunyai trah terhormat yakni Ki Juru Martani dan Ki Juru Kithing. Penghormatan masyarakat juga didasari kemampuan Ki Panjangmas dalam agama Islam dan kemampuan mendalang dengan baik.
Ki Panjangmas mempunyai putra bernama Ki Wayah. Sosok Ki Wayah juga berprofesi sebagai dalang istana sehingga di masyarakat sangat dihormati.
HJ. de Graaf dalam bukunya Runtuhnya Istana Mataram (1987) juga menyebut-nyebut Ki Wayah sebagai ayah dari Ratu Malang.
Dalam naskah disebutkan Ki Wayah mempunyai putri bernama Rara Sri Rukmi. Dalam naskah digambarkan bahwa Rara Sri Rukmi adalah seorang putri yang cantik, suara merdu dan pintar menyinden sehingga dia juga berprofesi sebagai sinden yang digemari masyarakat Mataram saat itu.
Rara Sri Rukmi kemudian oleh Ki Wayah dinikahkan dengan Ki Dalang Ragabanda. Sebagai dalang terkenal, tentu saja pernikahan itu sangat cocok karena seorang dalang menikah dengan seorang sinden yang amat cantik dan bersuara merdu. HJ.
De Graaf dalam bukunya Runtuhnya Istana Mataram (1987) menyebut Ki Dalem untuk nama Ki Ragabanda.
Pernikahan Rara Sri Rukmi dengan Ki Ragabanda dikaruniai seorang putra laki-laki. Dalam naskah itu disebut nama putranya bernama Bagus Muljana.
Pernikahan keduanya sangat bahagia, hingga akhirnya Amangkurat I jatuh cinta kepada Rara Sri Rukmi. Walaupun Sri Rukmi sudah menikah bukan menjadi penghalang bagi Amangkurat I untuk mendapatkannya.
Setelah dengan tipudaya, Ki Ragabanda meninggal dunia. Rara Sri Rukmi setelah menikah dengan Raja Amangkurat I, namanya diganti menjadi Ratu Malang.
De Graaf menyebut kematian Ki dalem atau Ki Ragabanda karena diracun.
Rara Sri Rukmi setelah menikah dengan Amangkurat I ternyata banyak mendapat tentangan dari istri-istri Amangkurat I yang lain sehingga diberi gelar Ratu Malang.
Nama Ratu Malang karena ratu ini malang atau menghalangi artinya menghalangi cinta dan kasih sayang Amangkurat I terhadap istri-istrinya yang lain.
Ratu Malang akhirnya meninggal di usia yang cukup muda. Sebelum meninggal, Ratu Malang menderita muntah berak. Dengan suara lirih, Ratu Malang berkata Dalem Dalem Dalem.
Oleh Raja, perkataan Ratu Malang ini ditafsirkan bahwa yang meracuni Ratu Malang orang dalam atau istri-istri Raja yang lain yang berada di dalam istana.
Bisa jadi, penafsiran Amangkurat I itu keliru karena cintanya Ratu Malang dengan Ki Dalem suami pertamanya sangat dalam, sehingga sebelum meninggal mengingau dengan memanggil nama Ki Dalem.
Murka Amangkurat I tidak terhindarkan. Dengan tuduhan para istri itu membunuh Ratu Malang dengan meracuni, maka Raja menghukum mati istri-istrinya.
Dalam naskah itu dipaparkan bahwa, Ki Panjangmas ketika meninggal dimakamkan di makam raja-raja Imogiri, sedangkan Ki Ragabanda atau de Graaf menyebutnya Ki Dalem dimakamkan di Gunung Kelir yang letaknya kurang lebih berjarah 100 meter dari makam Ratu Malang.
Belum diketahui secara pasti sebab-sebab mengapa Ki Ragabanda disebut-sebut masyarakat sebagai Ki Panjangmas, padahal keduanya adalah orang yang berbeda.
Sejarah lisan ini muncul bisa jadi karena adanya tradisi pemberian nama nunggak semi di kerabat keraton. Tentunya diperlukan penelitian yang seksama untuk mengungkap penyebab Ki Dalang Ragabanda dalam sejarah lisan disebut sebagai Ki Panjangmas.










