Ketika Sandiaga Uno Ditantang Bikin Batik Ecoprint dengan Teknik Shibori
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno ditantang membuat batik ecoprint dengan teknik shibori oleh para pelaku ekonomi kreatif (ekraf) di Serang, Banten.
Tak hanya Sandiaga, Penjabat Gubernur Banten, Al Muktabar juga ditantang pemilik usaha batik ecoprint Cahaya Cinta Carenang Vina untuk mencoba langsung proses batik ecoprint dengan teknik shibori.
Teknik shibori di Indonesia banyak dikenal untuk diaplikasikan di kain dengan teknik serupa misalnya di Jawa ada jumputan, Banjarmasin dinamakan sasirangan, ataupun di Palembang dikenal dengan pelangi.
Ini sebagai salah satu inovasi bagi pelaku kriya, dan cara ini juga sebagai upaya memuliakan lingkungan dan kelestarian alam, kata Sandiaga dalam kegiatan Workshop Peningkatan Inovasi dan Kewirausahaan Kabupaten/Kota Kreatif (KaTa Kreatif) di Plaza Aspirasi, Serang, Banten belum lama ini, seperti dikutip dari laman Kemenparekraf.
(Foto: dok Kemenparekraf)
Indonesia memiliki beraneka ragam batik yang tersebar di berbagai daerah yang setiap daerahnya memiliki motif atau ciri khas serta makna yang berbeda-beda.
Selain itu, ada beragam jenis teknik dalam pembuatan batik, seperti teknik canting tulis, teknik printing, teknik colet, dan teknik celup ikat atau jumputan.
Batik jumputan bisa diartikan sebagai salah satu jenis batik yang dibuat melalui cara menghias dengan ikat celup. Adapun cara kerja batik jumputan yaitu mengikat kencang beberapa bagian kain kemudian dicelupkan pada pewarna pakaian.
Sementara itu, Vina, selaku owner dari Cahaya Cinta Carenang menerangkan bahwa produk yang ia buat adalah inovasi dari produk batik ecoprint yang dikombinasikan dengan teknik shibori (teknik melipat dan pengikatan serta pewarnaan), yang membuat produk ini berbeda dari ecoprint biasanya.
Teknik pewarnaan dengan cara diikat dan dicelup dalam larutan pewarna. Dalam pembuatan shibori bahan yang digunakan adalah kain putih katun, glossy, dan pewarna kain.
Pewarnanya dari kunyit untuk warna kuning, secang untuk warna orange, teger untuk warna coklat, indigo untuk warna biru, dan daun jati untuk ungu, kata Vina.
Selain itu, usaha yang dirintisnya, sudah mengurangi penggunaan plastik, kecuali untuk pembelian melalui platform online untuk kemasan. Bagi konsumen yang membeli langsung diberikan kemasan khusus yang ramah lingkungan.
(Foto: dok Kemenparekraf)
Untuk bahan ecoprint tersebut harganya Rp200 ribu dan bisa dipakai untuk pakaian, kain, dan jilbab, tandasnya.
Pada kesempatan itu turut mendampingi Menparekraf Sandiaga Uno, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Hariyanto; Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Oneng Setya Harini; dan Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf, Anggara Hayun Anujuprana.








