Alasan Kapal Ketapang-Gilimanuk Tidak Lewati Jalur Lurus, Keselamatan Penumpang Bisa Terancam

Alasan Kapal Ketapang-Gilimanuk Tidak Lewati Jalur Lurus, Keselamatan Penumpang Bisa Terancam

Nasional | BuddyKu | Sabtu, 15 Juli 2023 - 21:29
share

BALI, celebrities.id - Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk, Bali ke Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi atau sebaliknya ternyata melewati jalur samping, bukan jalur lurus untuk melewati Selat Bali.

Padahal, jika diamati, Pelabuhan Ketapang dan Pelabuhan Gilimanuk memiliki jarak dekat. Dalam artian, kapal sebenarnya bisa menyebrang laut lebih cepat dengan melewati jalur lurus.

Lantas, kenapa kapal memilih jarak yang lebih jauh dengan melewati jalur samping menuju Pelabuhan Gilimanuk dari Pelabuhan Ketapang atau sebaliknya? Berikut ulasannya, dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (25/7/2023).

Ternyata, ada beberapa alasan mengapa nahkoda kapal tidak mengambil jalur lurus untuk bisa sampai ke Pelabuhan Gilimanuk dari Pelabuhan Ketapang atau sebaliknya. Tentunya, bukan karena ingin berkelana menyusuri selat Bali.

Alasan pertama adalah soal arus laut. Seperti diketahui, Selat Bali terkenal dengan arus laut cukup kencang. Nah, dalam hal ini nahkoda kapal mempertimbangkan keselamatan penumpang saat melakukan penyebrangan.

Pasalnya, meski menempuh jarak lebih jauh dengan jalur samping maka bahan bakar kapal dinilai lebih awet karena tidak akan melawan arus.Sementara, jika kapal melewati jalur lurus, kapal akan melawan arus laut yang selain tidak aman untuk penyebrangan, tentu akan membuat bahan bakar jadi lebih boros.

Faktor kedua yakni karena topografi bawah laut. Sebagian besar kapal penyebrangan dari Pelabuhan Ketapang menuju Pelabuhan Gilimanuk atau sebaliknya tidak mengambil jalur lurus karena adanya karakteristik perairan di Selat Bali berupa palungan yang cukup berbahaya jika dilewati.

Palungan sendiri merupakan cekungan di dasar laut yang sangat dalam dan menjorok ke dalam seperti jurang. Meski memiliki karakteristik permukaan yang datar, namun, palungan memiliki arus bawah laut yang sangat kuat.

Hal inilah yang membuat banyak nahkoda kapal memilih untuk keluar jalur untuk menghindari palung laut untuk menghindari arus bawah laut yang sangat kuat dan bisa berdampak pada keselamatan penumpang.

Faktor terakhir perlu diingat adalah karena padatnya transportasi laut di Selat Bali, sehingga membuat nahkoda kapal harus bisa berbagi ruang dengan berbagai jenis kapal melintas agar tidak menimbulkan kemacetan. Mulai dari kapal kargo, kapal wisata, hingga kapal feri.

Topik Menarik