Jepang Anggarkan Rp370 Triliun untuk Tangani Resesi Seks

Jepang Anggarkan Rp370 Triliun untuk Tangani Resesi Seks

Ekonomi | BuddyKu | Minggu, 4 Juni 2023 - 16:23
share

JAKARTAJepang bersiap menggelontorkan dana US$25 miliar atau sekitar Rp370 triliun untuk menangani fenonema resesi seks atau penurunan angka kelahiran yang masif. Dana tersebut akan diberikan langsung pada warga dalam bentuk subsidi.

Sebagai informasi, resesi seks merujuk pada turunnya hasrat seseorang untuk berhubungan seks, menikah dan memiliki anak. Faktornya beragam mulai dari finansial, psikologis, lingkungan dan lain sebagainya.

Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida , mengatakan dana subsidi bakal diarahkan untuk biaya pendidikan dan perawatan prenatal, cuti ayah, hingga promosi kerja yang fleksibel. Subsidi akan diberikan selama tiha tahun ke depan.

Selain itu, pemerintah akan menyusun kebijakan untuk meningkatkan pendapatan bagi anak muda dan generasi yang mengasuh anak. Kami akan bergerak maju dengan langkah-langkah ini untuk melawan penurunan angka kelahiran tanpa meminta warga menanggung beban lebih lanjut, ujar Kishida, dikutip dari Channel News Asia, Jumat 2 Juni 2023.

Problem resesi seks memang tengah melanda sejumlah negara. Selain Jepang, China dan Korea Selatan sedang mengalami penurunan angka kelahiran yang serius. Jepang sendiri mencatat kurang dari 800 ribu kelahiran tahun lalu. Jumlah itu menjadi yang terendah bagi negara berpenduduk 125 juta orang tersebut.

Resesi seks turut menyebabkan naiknya biaya perawatan lansia. Jepang kini memiliki populasi tertua kedua di dunia setelah Monako. Hampir satu dari tiga warga berusia di atas 65 tahun. Krisis tenaga kerja juga menjadi problem yang bisa menjadi bom waktu lantaran resesi seks tersebut. Saat ini perusahaan-perusahaan di Jepang mulai banyak mencari tenaga kerja dari luar negeri.

Rumah Kosong

Turunnya populasi penduduk juga memicu jumlah rumah kosong atau telantar di Jepang terus meningkat beberapa tahun terakhir. Tercatat, ada 8,49 juta rumah kosong yang tersebar di penjuru Negeri Sakura. Sebagian besar akiya (rumah kosong) berada di kota kecil atau pedesaan. Jumlah akiya tersebut bahkan diramal bakal mencapai 10 juta pada tahun 2023.

Dilansir dari The Asahi Shimbun, sebagian rumah yang tak berpenghuni diketahui sudah bobrok alias tidak bisa ditempati lagi. Survei pemerintah menyebutkan sekitar 3,49 juta rumah telah lama ditinggalkan penghuninya. Angka tersebut setara 5,6% dari total perumahan yang tak dihuni di Jepang. Jumlah itu belum termasuk rumah untuk liburan dan akomodasi sewaan.

Topik Menarik