Cerita Stephani, Lulus UGM Jurusan Hukum dengan IPK 4.00: Ingin Membanggakan Orang Tua
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang masih berusia 21 tahun, Stephani Gabriella Wijayawati berhasil lulus dari jurusan Hukum dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, 4.00. Menurutnya capaian itu diraihnya secara tidak sengaja.
“Sebenarnya perjuangan IPK 4.00 itu tidak sengaja, saya hanya berusaha untuk membanggakan orang tua saja dan mencoba menenangkan mereka bahwa saya diberi kesempatan untuk kuliah dan saya sudah menggunakannya sebaik mungkin,” katanya, dikutip dari laman UGM, Jumat (29/8/2025).
Baca juga: UGM Nonaktifkan Status Mahasiswa DH, Tersangka Kasus Dugaan Pembunuhan Kepala Cabang Bank
Stephani adalah mahasiswa asal Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat Stephani berhasil menyelesaikan masa studi dalam empat tahun dengan capaian IPK sempurna, 4.00.
Saat ini, ia telah meniti karier sebagai trainee associate di firma hukum ternama Assegaf Hamzah & Partners.Stephani mengaku bersyukur berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dengan IPK sempurna di usia 21 tahun dengan masa studi 4 tahun. Menurutnya, capaian ini tidak lepas dari dukungan dari orang tua dan motivasi diri.
Ia mengaku beruntung bisa mengenyam pendidikan tinggi, sebab menurunnya, banyak teman sebayanya di Sumbawa yang tidak bisa melanjutkan kuliah dengan berbagai faktor kondisi ekonomi.
Baca juga: Cerita Christopher, Jadi Dokter Gigi Spesialis di Usia 28 Tahun dan Lulusan Termuda UGM
“Dari Sumbawa sendiri, masih sangat banyak anak yang tidak bisa kuliah atau bisa kuliah tapi berhenti di tengah tengah karena ekonomi tiba-tiba susah. Saya mencoba mengingat bahwa setiap langkah saya di Pulau Jawa itu dibayar mahal oleh orang tua saya, sehingga tidak boleh bagi saya untuk semena-mena menggunakan kesempatan tersebut,” ujarnya.
Suka Tantangan dan KompetisiMotivasi Stephani memilih studi hukum diakuinya karena ia menyukai tantangan mengurusi perkara-perkara di persidangan yang memungkinkan ada yang menang dan kalah dalam sidang di meja hijau tersebut.
Viral Maling Ganteng Ditangkap TNI di Bandar Lampung, Netizen: Harusnya Jadi Seleb TikTok!
“Memenangkan perkara dalam sidang itu menjadi sesuatu yang menantang. Tapi selain itu, sebenarnya dari sisi lain fakultas hukum itu sangat versatile, ilmunya bisa digunakan untuk berbagai macam pekerjaan,” tuturnya.
Dalam menjalani perjalanan akademik, Stephani memegang prinsip sederhana, selalu punya tujuan baru, baik saat berhasil maupun gagal.
“Saya sering diberitahu bahwa hidup yang paling sederhana itu hidup yang senantiasa ada tujuannya. Ketika tujuan itu tercapai, buatlah tujuan baru. Ketika tujuan itu gagal, buat tujuan baru. Selalu hidup berorientasi kepada masa sekarang dan apa yang masa sekarang dapat kontribusikan kepada masa depan,” ungkapnya.
Ia bahkan mengutip filosofi pemain tenis legendaris Roger Federer sebagai pegangan hidup, a point is just a point, dalam artian hidup itu harus terus berjalan, kita tidak boleh terlalu terlena dalam prestasi kita dan tidak boleh juga terlalu terlena dalam kegagalan. “Tapi harus selalu melanjutkan hidup dengan tujuan baru,” pesannya.










