Kisah Inspiratif Boymaira Suat, Anak petani asal Pulau Buru Dapat Beasiswa S2 Ilmu Hukum UGM

Kisah Inspiratif Boymaira Suat, Anak petani asal Pulau Buru Dapat Beasiswa S2 Ilmu Hukum UGM

Berita Utama | inews | Jum'at, 5 April 2024 - 07:10
share

JAKARTA, iNews.id - Kisah inspiratif datang dari Ratu Boi Maira Suat Pasai atau Boymaira Suat Pasai, pemuda yang tumbuh besar di Kabupaten Buru Selatan, Pulau Buru, Maluku. Lahir dari keluarga sederhana dengan orang tua berprofesi sebagai petani, Boy terus melanjutkan pendidikan hingga mendapat beasiswa S2 Ilmu Hukum di UGM.

Boy punya impian mengakses pendidikan tertinggi. Tak cukup sekedar lulus SMA dan sarjana, dia melanjutkan pendidikan hingga jenjang magister. Dia ingin berjuang untuk kampung halamannya yang masihrendah dalam hal pendidikan dan pengetahuan.

Anak Petani di Daerah Afirmasi

Leluhur Boy berasal dari Kepulauan Kei, Maluku. Orang tuanya kemudian hijrah ke Pulau Buru untuk mencari kehidupan dan menjadi petani dengan menanam pohon cengkeh, pala dan kopra. Di sinilah Boy lahir dan menghabiskan sebagian besar waktunya di Kabupaten Buru Selatan.

Jarak rumah dengan pantai hanya satu lemparan batu saja, tepatnya berada dekat sekali dengan Pantai Desa Waeteba.

Kehidupan ekonomi masyarakat Pulau Buru bergantung pada hasil laut dan pertanian di darat. Sebagai gambaran, untuk komoditas kopra per kilonya dihargai Rp3.000. Sekali panen biasanya terjual sampai satu ton sehingga menghasilkan pendapatan sebesar Rp3.000.000.

Selama setahun ada dua kali panen. Apabila ditotal dengan asumsi per panen satu ton, hanya terkumpul uang panen sebesar Rp6.000.000 selama satu tahun.

Penghasilan seperti itu tentu saja tak cukup untuk menghidupi keluarga dengan rata-rata memiliki tiga sampai lima anak di rumah. Dengan kondisi seperti itu, tentunya tak heran apabila rata-rata pendidikan masyarakat di sana hanyalah tamatan SMP atau SMA. Pendidikan tinggi masih jauh dari asa.

Mungkin psikologi mereka ketika melanjutkan sampai tingkat kuliah, itu menjadi penghambat di ekonomi (keluarga) mereka ujar Boy dikutip dari situs LPDP Kemenkeu, Jumat (5/4/2024).

Akar struktural inilah yang membuat pendidikan tidak menjadi prioritas utama untuk dikejar. Bahkan keengganan bersekolah tinggi juga dimiliki orang-orang yang notabene memiliki cukup kekayaan, seperti para pemilik kebun.

Mereka berpikir lulus sekolah belum tentu mendapat pekerjaan yang layak. Menjadi suatu keberuntungan ketika keluarga Boy punya kesadaran dengan menginginkan anak-anaknya bisa menempuh pendidikan tinggi. Dari kelima saudara, tiga orang telah tamat sarjana termasuk Boy.

Jalan Terjal Akses Pendidikan di Wilayah Kepulauan

Maluku merupakan wilayah kepulauan yang akses dari satu pulau ke pulau lainnya membutuhkan transportasi laut atau udara. Sekolah dan universitas yang bagus masih berada di pulau lainnya.

Meski masih di wilayah Maluku, perjalanan Boy cukup berliku untuk bisa mencapai Pulau Ambon, tempatnya menempuh pendidikan.

Dari kampungnya, dia terlebih dahulu menuju Kota Namrole dan melanjutkan ke Kota Ambon menggunakan kapal feri dalam waktu tempuh 7-8 jam. Jika menggunakan pesawat, hanya butuh 25 menit saja, namun tentu harganya lebih mahal.

Boy merampungkan jenjang SMA sampai lulus sarjana Ilmu Hukum Universitas Pattimura pada 2022 di Ambon. Hanya butuh 3 tahun 8 bulan untuk Boy mendapatkan gelar Sarjana Hukum.

Dukungan dari rekan, saudara dan keluarga membuat Boy terus termotivasi untuk melanjutkan studi S2. Pilihannya jatuh ke Magister Ilmu Hukum di Universitas Gadjah Mada. Alasan Boy memilih UGM karena tertarik dengan dosen-dosen hukum yang menurutnya berkompeten dan memiliki kualitas bagus.

Karena itu saya memutuskan untuk memilih UGM sebagai kampus utama. Dan keinginan untuk mendapatkan ilmu lebih banyak lagi seputaran ilmu hukum pidana, katanya.

LPDP sendiri secara khusus memiliki program Beasiswa Daerah Afirmasi, sebuah jalur beasiswa khusus yang diperuntukan untuk putra-putri yang berasal dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Pulau Buru tempat asal Boy merupakan salah satu daerah yang masuk dalam program ini.

Dia mengaku pertama kali mendapat informasi terkait adanya beasiswa LPDP dari kakak kandungnya di tahun 2021. Ketertarikannya kemudian juga mendapat dukungan dari senior dan rekan-rekannya di kampus.

Sampai pada akhirnya dia mencoba seleksi beasiswa LPDP tahun 2023 melalui program Beasiswa Daerah Afirmasi dan lolos dalam sekali percobaan. Surat diterima sebagai mahasiswa S2 Ilmu Hukum UGM juga sudah di tangan.

Asa Kembali ke Kampung Halaman, Beri Bantuan Hukum

Boy memang baru akan memulai studi Magister Ilmu Hukum pada pertengahan tahun nanti. Namun dia telah berkeinginan untuk bisa kembali ke kampung halaman dan mengabdikan ilmunya memberikan bantuan hukum pro bono.

Penelitian skripsi sarjananya mengangkat permasalahan penyalahgunaan senjata tajam di kalangan masyarakat adat di Buru Selatan. Para masyarakat adat ini memiliki kebiasaan membawa senjata tajam ketika berpergian di lingkungan mereka, di tempat umum maupun perkotaan.

Ini cukup mencolok apabila dibanding orang-orang Buru di perkotaan yang tidak membawa senjata tajam saat bepergian. Dengan membawa senjata tajam kemana-mana inilah yang menjadikan rawan disalahgunakan dan dapat memantik pertikaian berdarah.

Belum lagi permasalahan lainnya yang berkaitan dengan hukum seperti konflik tanah dan tambang. Sengkarut inilah yang meninggalkan ruang kosong ketidaktahuan hukum dan biaya perkara yang mahal.

Sebagai anak hukum yang menyaksikan latar belakang kondisi di daerahnya, Boy ingin mendirikan sebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pascastudi S2.

Kehidupan masyarakat di sana itu mereka tidak memahami ketika ada permasalahan. Mereka berpikir ketika ke pengacara maka membutuhkan biaya yang yang begitu banyak. Saya ingin membantu kesadaran ternyata LBH itu membantu mereka dalam segala bentuk masalah, katanya.

Dengan kehadiran LBH, warga menjadi mengerti konsekuensi hukum dari segala perbuatannya dan berimbas pada ketertiban serta dapat meringankan beban rakyat ketika harus berurusan dengan hukum.

Selain itu dengan pencapaian Boy yang mau berkuliah hingga jenjang S2 menggunakan beasiswa LPDP, ini dapat memantik generasi muda di Pulau Buru dan sekitarnya untuk terus mengejar pendidikan tertinggi. Terlebih negara sedang hadir memberikan kesempatan studi S2 dan S3 di dalam dan luar negeri.

Karena dengan adanya pendidikan maka saya yakin wilayah saya akan maju, ucap cerita pemuda dari pulau yang pernah menjadi kamp pembuangan lawan politik di rezim Orde Baru tersebut.

Dia yakin daerahnya akan semakin bersinar dengan sumber daya manusia yang terus bergerak maju melalui pendidikan.

Topik Menarik