Kisah Prajurit Kopassus Tetap Puasa saat Perang Lawan Pergerakan Komunis di Hutan Kalimantan

Kisah Prajurit Kopassus Tetap Puasa saat Perang Lawan Pergerakan Komunis di Hutan Kalimantan

Berita Utama | semarang.inews.id | Selasa, 19 Maret 2024 - 10:45
share

SEMARANG, iNewsSemarang.id Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat pernah ditugaskan untuk melumpuhkan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) di Serawak.

Paraku merupakan sayap militer Partai Komunis Kalimantan Utara atau North Kalimantan Communist Party (NKCP). Partai yang dibentuk pada 19 September 1971 di bawah pimpinan Wen Min Chyuan dari Organisasi Komunis Serawak. Aggotanya didominasi Tionghoa.

NKCP dibentuk sebagai wadah perjuangan untuk menyatukan seluruh wilayah Kalimantan yang berada di bawah kekuasaan Inggris untuk membentuk negara merdeka Kalimantan Utara.

Awalnya Indonesia turut membentuk Paraku dan melatih mereka perang gerilya untuk melawan koloni Inggris dan Malaysia dalam gerakan Ganyang Malaysia.

Akan tetapi, setelah pecahnya G30S/PKI dan kekuasaan Presiden Soekarno beralih ke Soeharto, kondisinya jadi terbalik.

Pemerintah Orde Baru di bawah kendali Soeharto menyerukan agar Paraku meletakkan senjata dan menyerah, tapi mereka membangkang.

Akhirnya karena keberadaan mereka dianggap sebagai ancaman bagi Indonesia karena bergerak dengan idiologi komunis, Soeharto bersekutu dengan Malaysia dan Inggris menumpas Paraku.

Perang melawan Paraku berlangsung dari 1967 hingga 1969. Kopassus turut dikirim ke Kalimantan untuk melumpuhkan gerakan tersebut.

Sekali waktu pada bulan Ramadhan terjadi pertempuran antara prajurit Kopassus dan Paraku di hutan rimba Kalimantan. Meski kondisi perang, prajurit Kopassus tetap menjalankan ibadah puasa.

Saat itu, diketahui Jenderal Wismoyo Arismunandar) bertugas di Kalimantan Barat pada 1969-1970. Dia menjadi satu-satunya tentara yang menemukan apa yang disebut Dead Letter Box.

Hal ini diungkap mantan Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono, dalam instagramnya. Dia menjelaskan kala itu, sistem komunikasi dari pasukan gerilya Paraku menggunakan Dead Letter Box.

Yakni kurir membawa pesan dari satuan induknya untuk satuan induk yang lainnya, kurir itu meletakkan suratnya di dalam tanah, diambil oleh kurir yang lainnya nanti di tempat yang sudah disepakati sebelumnya.

Surat tersebut merupakan cara komunikasi dari antara pasukan komunis tersebut satu sama lainnya. Temuan di lapangan itu menjadi berharga, karena pasukan elite yang memiliki motto Tribuana Chandraca Satya Dharma ini bisa mengetahui komunikasi gerombolan bersenjata tersebut.

Topik Menarik