Sejarah Berdirinya Gedung DPR/MPR, Awalnya Bukan untuk Wakil Rakyat
JAKARTA - Gedung Dewan Perwakilan Rakyat/Dewan Perwakilan Daerah ( DPR/MPR ) adalah ikon kekuasaan legislatif Indonesia. Sebagai tempat di mana kebijakan negara dibahas dan diambil, gedung ini memiliki sejarah yang kaya dan bermakna bagi perkembangan demokrasi di Indonesia.
Gedung DPR/MPR yang megah berdiri di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, memiliki akar yang dalam dalam sejarah politik Indonesia. Pada masa kolonial Belanda, pusat pemerintahan Hindia Belanda berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun struktur pemerintahan yang terbentuk pada masa itu sangatlah otoriter dan tidak demokratis.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia memasuki periode transisi yang panjang, yang melibatkan perjuangan politik, ekonomi, dan sosial. Selama periode ini, Indonesia telah mengalami berbagai bentuk pemerintahan, dari masa revolusi hingga Orde Baru.
Rencana pembangunan sudah dibahas sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno. Gedung dengan desain ikonik menyerupai tempurung kura-kura itu rampung pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Ketika Orde Lama, Indonesia sering menjadi tuan rumah pertemuan internasional. Hal ini juga didorong keinginan Bung Karno agar Indonesia menunjukkan eksistensinya kepada dunia. Oleh karena itu, ide awal pembangunan gedung DPR/MPR tidak difungsikan untuk kantor para wakil rakyat.
Pada 8 Maret 1965 keluar Surat Keputusan Presiden RI Nomor 48 terkait penugasan menteri pekerjaan umum saat itu, Soeprajogi untuk mengembangkan political venues di Jakarta. Apalagi, Soekarno berencana menggelar Conference of The Emerging Force (Conefo) pada 1966.
Conefo merupakan konferensi internasional yang diharapkan mendukung gagasan pembentukan dunia baru serta menandingi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat itu ada beberapa negara yang direncanakan ikut, termasuk dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Sebelum pembangunan, Soekarno juga sempat menggelar sayembara desain gedung. Sayembara diikuti 3 perusahaan konsultan perancangan dan 1 peserta perseorangan. Sayembara dimenangkan oleh Soejoedi Wirjoatmojo, arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang rancangannya berhasil menarik perhatian Soekarno.










