Mengapa Kasus Juliana Marins Jatuh di Gunung Rinjani Bisa Jadi Sorotan Internasional?
JAKARTA - Turis asal Brasil yang jatuh di Gunung Rinjani menarik perhatian publik. Kasus itu pun menjadi viral dan perhatian dunia internasional.
Mengapa kasus ini begitu viral?
Mencuatnya kasus Juliana usai netizen Brasil ramai-ramai berkomentar di unggahan Presiden Prabowo Subianto. Mereka meminta orang nomor satu di Indonesia itu untuk mengevakuasi Juliana.
Kabar jatuhnya Juliana pun disebarkan oleh media Brasil dan pihak keluarga Juliana yang menggambarkan detik-detik Juliana jatuh.
Dikutip dari BBC, Juliana saat terjatuh pada 21 Juni 2025 pukul 06.30 WIB, masih hidup dan meminta pertolongan.
Pihak berwenang Brasil mengatakan bahwa wanita tersebut terjatuh dari "tebing yang mengelilingi jalan setapak di sebelah kawah gunung berapi tersebut".
Upaya pencarian dan penyelamatan sejauh ini tidak berhasil karena medan yang ekstrem dan cuaca yang berkabut, menurut pihak berwenang Indonesia.
Pihak berwenang taman Gunung Rinjani mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa tim penyelamat pada hari Sabtu telah mendengar teriakan minta tolong dari Marins. Saat itu ia dalam keadaan selamat, meskipun ia tampak syok.
Rekaman drone dan klip lain yang direkam oleh pendaki yang telah beredar daring dan disiarkan oleh media Brasil juga tampaknya menunjukkan bahwa ia masih hidup pada hari Sabtu. Ia terlihat duduk dan bergerak di tanah abu-abu, jauh di bawah jalur pendakian.
Namun kemudian pada hari itu tim penyelamat tidak dapat menemukannya ketika mereka turun 300 meter (984 kaki) ke tempat yang mereka yakini berada, dia juga tidak menanggapi ketika mereka memanggilnya.
Pada Minggu pagi, rekaman drone menunjukkan bahwa dia tidak lagi berada di lokasinya, kata otoritas taman, yang menambahkan bahwa kabut tebal telah menghambat upaya penyelamatan dan memengaruhi penggunaan drone termal.
Pada hari Senin, tim penyelamat dapat menemukan kembali Marins, yang tampaknya telah jatuh lebih jauh, tetapi harus berhenti bekerja karena "kondisi iklim".
Tim penyelamat telah "maju hanya 250m ke bawah, mereka harus 350m lagi untuk mencapai Juliana tetapi mereka mundur", kata keluarga tersebut di akun media sosial mereka.
Keluarga tersebut juga mengklaim bahwa taman tersebut tetap buka dan bahwa wisatawan masih mendaki di rute yang sama "sementara Juliana MEMBUTUHKAN BANTUAN! Kami tidak tahu kondisi kesehatannya! Dia masih tidak memiliki air, makanan, atau pakaian hangat selama tiga hari!"
Pada hari Selasa, keluarga Marins menulis di media sosial bahwa operasi penyelamatan untuknya telah dimulai kembali.
Dalam wawancara dengan jaringan TV Brasil Globo, dua anggota kelompok Marins menggambarkan pendakian itu sulit.
Salah seorang mengatakan pendakian itu "sangat sulit" dan "cuacanya sangat dingin, sungguh, sangat sulit".
Yang lain mengatakan pada saat kecelakaan itu terjadi, Marins berada di belakang kelompok pendaki bersama pemandu mereka. "Saat itu masih sangat pagi, sebelum matahari terbit, dalam kondisi jarak pandang yang buruk dengan hanya lentera sederhana untuk menerangi medan yang sulit dan licin," katanya.
Kementerian luar negeri Brasil mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menghubungi pemerintah Indonesia dan telah mengirim dua pegawai kedutaan untuk memantau upaya penyelamatan.
Dengan ketinggian lebih dari 3.700m, Gunung Rinjani merupakan gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dan merupakan tempat pendakian yang populer bagi wisatawan.