Kisah Oei Tiong Ham Raja Gula Kaya Raya dari Semarang

Kisah Oei Tiong Ham Raja Gula Kaya Raya dari Semarang

Travel | BuddyKu | Kamis, 28 September 2023 - 19:22
share

JAKARTA - Kisah Oei Tiong Ham Raja Gula kaya raya dari Semarang merupakan pengusaha terkaya saat kolonial Belanda. Dalam sejarah, dia terkenal sebagai konglomerat pertama di Asia Tenggara abad ke-20.

Oei Tiong Ham lahir pada tanggal 19 November 1866 di Semarang. Dia mewarisi bakat usaha serta kekayaan dari ayahnya, Oei Tjie Sien, seorang pengusaha asal Fujian, China.

Pada usia 24 tahun, Oei Tiong Ham mengambil alih bisnis ayahnya dan mengelolanya melalui kongsi dagang Kian Gwan. Oei Tiong Ham awalnya memulai bisnisnya dengan perdagangan hasil bumi seperti karet, gambir, kapas, tapioka, dan kopi.

-Berikut ini kisah Oei Tiong Ham raja gula kaya raya dari Semarang:

Istana Oei Tiong Ham mempunyai luas areal sekitar 200 acre atau sekitar 81 hektar. Tanah-tanah yang dimiliki berbatasan dengan kompleks istananya yang membentang sepanjang Oei Tiong Ham Weg (Jalan Pahlawan Sekarang) sampai ke daerah Pandanaran dan daerah Randusari.

Bangunan terdiri dari satu rumah induk, dua rumah berukuran lebih kecil di kiri kanan gedung utama yang dihubungkan dengan satu lorong beratap untuk menghindari panas dan hujan, yang biasa disebut Pavillion.

Di Kota Semarang, ia memiliki istana yang luas mencapai 81 hektar, yang terdiri dari rumah utama, dua paviliun, kolam renang, kebun binatang pribadi, dan fasilitas lainnya.

Selain kesuksesan bisnisnya, Oei Tiong Ham juga memiliki kehidupan pribadi yang menarik. Ia memiliki satu istri dan 18 selir. Meskipun memiliki banyak selir, ia sangat mencintai putri keduanya yang bernama Oei Hui Lan.

Sementara itu dengan keberhasilannya mengambil alih pabrik gula, Oei Tiong Ham dijuluki sebagai "Raja Gula dari Jawa". Bisnisnya terus berkembang dan ia mulai memiliki berbagai macam aset.

Melalui perusahaan Oei Tiong Ham Concern (OTHC) yang berdiri tahun 1893, ia membuka cabang beberapa negara. OTHC memiliki empat anak perusahaan yang berada di Singapura, London, India, dan London.

Pada periode 1911 hingga 1912, OTHC berhasil mengungguli perusahaan asing dalam ekspor gula. Penjualan gula dari perusahaan ini berhasil memegang kendali sebesar 60% pasar di Hindia Belanda.

Kekayaan Oei Tiong Ham memungkinkannya memiliki sejumlah rumah mewah dan bahkan istana. Diperkirakan kekayaannya mencapai 200 juta gulden atau senilai Rp 43,4 triliun saat itu.

Pada tahun 1938, Oei Tiong Ham memutuskan untuk pindah ke Singapura karena kondisi politik yang tidak kondusif di Semarang. Empat tahun setelahnya tepatnya 6 Juli 1942 ia meninggal dunia karena serangan jantung.

Setelah kematiannya, bisnisnya diteruskan oleh sejumlah putra dan istrinya. Para pewaris Oei Tiong Ham menuntut Bank Indonesia cabang Amsterdam.

Mereka meminta kembali deposito jutaan golden untuk dikembalikan. Para pewaris tidak mengizinkan Bank Indonesia untuk menggunakan uang tersebut.

Pada tahun 1961, pemerintah Indonesia mengambil alih Oei Tiong Ham Concern (OTHC) melalui proses nasionalisasi. Perusahaan sang Raja Gula dianggap melanggar valuta asing.

Pengelolaan seluruh aset Oei Tiong Ham akhirnya diserahkan kepada perusahaan negara.Seluruh pewarisnya tinggal di luar negeri. Sehingga tidak ada pembelaan atas diambil alihnya perusahaan tersebut oleh negara.

Demikian kisah Oei Tiong Ham Raja Gula kaya raya dari Semarang.

(RIN)