Kisah Letusan Dahsyat Gunung Merapi Yakinkan Pangeran Diponegoro dengan Ramalan Joyoboyo
Gunung Merapi meletus menandai penobatan Sultan Hamengkubuwono V dan kepercayaan ramalan Joyoboyo. Peristiwa letusan gunung berapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah ini diyakini Pangeran Diponegoro sebagai tanda peristiwa alam yang besar kala itu.Letusan Gunung Merapi pada 1822 begitu dahsyat sehingga membuat warga Yogyakarta terpukul setelah penobatan sang sultan. Warga Yogya kala itu harus berhadapan dengan material vulkanik yang menerjang pada 28 - 30 Desember 1822.Pangeran Diponegoro sendiri menjadi saksi bagaimana dashyatnya letusan gunung itu dan menggambarkan pada babadnya. Saat letusan gunung terjadi, sang pangeran tengah berada di rumah adiknya Suryobrongto, yang anaknya tengah dikhitan.
Sang pangeran juga yakin akan ramalan Joyoboyo, raja Kediri yang terkemuka itu bahwa datangnya Ratu Adil Jawa digambarkan selalu didahului oleh hujan abu, gempa bumi, kilat petir, halilintar, hujan deras, angin kencang, gerhana matahari, dan bula.Serangan wabah kolera pada 1821 yang melambungkan harga beras dan rusaknya tatanan masyarakat, dengan mudah dihubungkan dalam pikiran orang kebanyakan dengan zaman edan sebelum datangnya Ratu Adil.
(ams)

