Mathias "Cowok Perancis" yang Jatuh Cinta dengan Indonesia
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Bretagne adalah sebuah daerah yang ada di Prancis bagian barat. Di kawasan inilah tercipta sebuah sajian nikmat yang populer di Indonesia bernama Crepes, yang juga jadi tempat kelahiran seorang pria bernama Mathias.
Diilustrasikan Mathias, Bretagne adalah kawasan pedesaan yang tenang, dekat dengan laut dan suasananya seperti Paris di zaman dulu. Bretagne dikenal pula sebagai kawasan yang lebih tradisional, rumah penduduknya berwarna-warni dan banyak kenangan tradisional Prancis.
Meninggalkan tempat kelahiran, kini Mathias terkenal sebagai content creator di Indonesia, yang aktif di media sosial Instagram dengan nama akun "Cowok Perancis". Lahir di belahan dunia lain, tentu tak pernah dibayangkan sebelumnya, dia bisa fasih berbahasa Indonesia, tinggal di Indonesia, hingga jatuh cinta dengan Indonesia. Kok bisa?
Cukup panjang cerita, karena setelah dilahirkan, Mathias rupanya dibawa oleh orang tua ke Afrika. Selama total sepuluh tahun lamanya, dia tinggal dan bersekolah di kawasan Gabon, karena sang ibu bekerja di Afrika.
"Total sepuluh tahun saya tinggal di Afrika dan sekolah di sana. Enam tahun di Gabon dan setahun di Senegal, Afrika Barat. Lalu sempat kembali ke Prancis dan untuk lulus SMA, kembali ke Gabon dua tahun," ujar Mathias saat diwawancarai Netralnews, Rabu (13/9/2023).
Mathias kemudian kembali ke Prancis dan kuliah Strata 1 (S1). Dia mendapatkan kesempatan bisa kuliah ke Indonesia di tahun ketiga. Alhasil Mathias bisa terbang ke Indonesia, tepatnya ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi ternama, Universitas Gadjah Mada (UGM) jurusan bisnis dan ekonomi.
Semua berawal dari keinginan Mathias pergi ke luar negeri dan kala itu ada kesempatan untuk memilih dari lima tujuan negara. Selain Indonesia, di antaranya ada pilihan untuk ke Inggris, Amerika Serikat, Jerman dan Columbia.
"Saat itu saya belum pernah ke Indonesia, bahkan ke Asia. Saya kemudian memutuskan untuk mencoba ke Indonesia dan akhirnya jatuh cinta dengan Indonesia dan tinggal di sini," katanya.
Cowok Perancis di Jogja
Tampaknya tak ada gegar budaya berarti yang dialami Mathias saat menginjakkan kaki ke Indonesia, khususnya ke Jogja. Dia merasa begitu terkesan dengan keramah tamahan orang Jogja yang begitu sopan, energinya positif dan dermawan. Tak heran bila sampai hari ini, apabila Mathias ke Jogja lagi, rasanya bagai pulang ke rumah sendiri.
Mathias memahami bahwa di Jogja ada begitu banyak kuliner dengan cita rasa manis, yang jauh berbeda dengan cita rasa kuliner di Prancis. Tetapi entah mengapa, lidah Mathias langsung cocok-cocok saja dengan makanan Indonesia.
"Ada rasa pedas, tetapi mungkin karena saya tumbuh dan besar di Afrika, jadi ada kemiripan dengan pedas di Indonesia, jadi nggak kaget. Soal cuaca, di Gabon juga tropis, jadi cuacanya sama persis dan saya tidak merasa kepanasan," katanya.
Soal bersosialisasi dengan teman-teman Indonesia, Mathias juga merasa tidak kesulitan. Salah satu alasannya karena dia pernah ikut sebuah organisasi di Prancis yang banyak berinteraksi dengan mahasiswa dari luar negeri dan banyak juga mahasiswa Indonesia. Misalnya, menjemput mahasiswa asing di bandara dan menghantar mahasiswa asing yang alami gangguan kesehatan ke rumah sakit.
"Saya ikut organisasi itu selama dua tahun. Mahasiswanya tidak hanya dari Indonesia, tetapi dari seluruh dunia. Ketika mau ke Indonesia, saya sampaikan ke teman-teman Indonesia kalau saya mau ke negara kalian. Ketika smapai di Jogja, saya dijemput di bandara, langsung nyaman dan berhubungan dengan baik," jelas dia.
Soal komunikasi, Mathias sempat diberi tahu bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang paling mudah di dunia, ditambah lagi Mathias memang menyukai bahasa. Tak heran ketika Mathias memutuskan untuk memilih Indonesia, dia juga secara mandiri belajar Bahasa Indonesia secara otodidak.
Ketika sudah sampai di Indonesia, Mathias dengan percaya diri langsung mengaplikasikan kemampuan hasil belajar Bahasa Indonesianya. Dia mencoba menggunakan Bahasa Indonesia saat berbelanja, beli bensin dan yang pasti saat mengobrol bersama dengan teman. "Tentu ada yang salah, tetapi terus mencoba dan belajar," sambung dia.
Tak perlu waktu lama, hanya sekitar tiga bulan, Mathias sudah bisa dasar-dasar Bahasa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, tentu dia mempelajari kosakata baru, ekspresi, bahasa formal dan non formal, hingga mempelajari bahasa daerah seperti Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa. "Bisa sithik-sithik (sedikit-sedikit, dalam Bahasa Jawa)," katanya sambil tertawa tipis.
Setelah setahun berkuliah di Indonesia dan mengantongi double degree , Mathias kembali ke Prancis. Singkat cerita, Mathias menyelesaikan S2 di negara asalnya dan pada 2019 kembali terbang dan berkarier di Indonesia.
"Saya bekerja selama sekitar satu setengah tahun di sebuah kantor di Indonesia dan terjadi penyebaran Covid-19. Selama Covid-19, kemudian kerja dari rumah," kenang dia.


