Kebangkitan Sektor Hospitality, Kebutuhan SDM Pariwisata Meningkat
JAKARTA, iNews.id - Usai masa pandemi Covid-19 industri pariwisata dan ekonomi kreatif secara perlahan mengalami kebangkitan. Sektor hospitality makin membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Adapun sektor hospitality di antaranya pariwisata, perhotelan, dan kapal pesiar merupakan bagian dari industri hospitality yang paling banyak membuka peluang bagi lulusan vokasi.
Bobby Ardyanto Setyo Aji, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengatakan potensi bangkitnya industri hospitality Indonesia pasca-pandemi berdampak pada meningkatnya kebutuhan SDM secara bertahap. Tenaga kerja vokasi yang unggul sangat dibutuhkan dalam membangun kembali industri pariwisata Indonesia.
Di tengah mulai bangkitya sektor pariwisata pasca-pandemi, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Peningkatan mutu pelayanan dan pembangunan SDM pariwisata yang unggul menjadi salah satu prioritas industri ini, ujar Bobby Ardyanto, melalui keterangannya belum lama ini.
Menurut Bobby, saat ini kehadiran sekolah-sekolah vokasi di bidang hospitality sangat dibutuhkan industri. Terutama bagi sekolah yang menerapkan kurikulum pelatihan kerja sesuai dengan skenario di industri nyata, dan kolaborasi untuk menghadirkan link and match antara dunia usaha, industri, dan pendidikan.
Hal senada juga disampaikan oleh Andrew White, pelaku industri pariwisata dan pemilik Tropical Beach Resort, Sumbawa. Menurut Andrew, setelah pandemi, antusiasme masyarakat untuk melakukan perjalanan dan liburan meningkat. Hal ini membuat kebutuhan tenaga kerja dalam industri hospitality bertumbuh.
Sebagai pelaku usaha hospitality, kami sangat mengandalkan tenaga kerja lulusan vokasi yang terampil dan siap terjun ke lapangan. Inisiatif BIRU melalui BISA Ruang Vokasi untuk menghadirkan pembelajaran dan pelatihan sesuai dengan keadaan di industri selain dapat mengasah keterampilan siswa dan calon pekerja, juga akan membantu mereka menjadi lebih adaptif ketika sudah masuk ke dunia kerja nyata, kata Andrew.
Perlu diketahui, PT Bisa Ruang Nuswantara (BIRU) memiliki dua program andalan, yakni BISA Ruang Vokasi (BRV) dan Karya BISA (KRB) sebagai platform pembelajaran berbasis industri untuk mempercepat sinergi antara sektor pendidikan dan industri. Program BRV didasarkan pada konsep teaching factory yang menggabungkan proses pembelajaran berbasis industri ke dalam kurikulum pendidikan. Program ini dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dasar pekerja masa depan di lapangan.
Sementara, Program KRB mengedepankan kerja sama antara sektor industri, pendidikan dan UKM, dalam mengelola proses daur ulang limbah industri untuk menghasilkan produk ramah lingkungan guna memenuhi kebutuhan operasional industri.
Dian Andyasuri, Direktur Delta Dunia Group dan Komisaris BIRU, mengatakan, dia percaya kunci masa depan berkelanjutan terletak pada integrasi pengelolaan lingkungan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola atau ESG yang kuat dalam segala tindakan. Kami memperkenalkan BIRU sebagai entitas sosial inovatif yang didedikasikan untuk pendidikan kejuruan dan pengelolaan daur ulang limbah, kata Dian.
Dian menambahkan, kehadiran program ini diharapkan dapat mendorong pendidikan berkelanjutan dengan konsep link and match untuk menghubungkan dunia usaha dan dunia industri dengan dunia pendidikan. Sementara itu, Kristiyanto Widiyawan, Direktur Utama BIRU, mengatakan pertama kali diperkenalkan pada 2018, program BISA Ruang Vokasi fokus mendukung pendidikan berbasis industri untuk meningkatkan jumlah lulusan vokasi di bidang mekanikal dan engineering, dan telah berhasil mendukung kebutuhan tenaga kerja di industri energi dan pertambangan.
Kami menyadari perlunya untuk menjangkau ke sektor-sektor lain yang juga membutuhkan tenaga kerja vokasi terampil. Karena itu, mulai tahun ini, kami memperluas jangkauan, dimulai dengan menggarap sektor pariwisata dan perhotelan. Ke depannya, kami akan mengaplikasikan solusi BRV ke sektor-sektor lain, seperti manufaktur dan perkebunan, kata Kristiyanto.


