Ada Kerajaan Gaib, Simak Kisah Mistis Gunung Arjuno Lokasi Meninggalnya Mahasiswa UB
GUNUNG Arjuno bukan hanya menyajikan keindahan alam, tapi juga menyimpan berbagai kisah mistis dan mitos. Gunung yang terletak di
perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur ini memang dikenal angker.
Gunung Arjuno kembali jadi sorotan setelah pendaki bernama Yodeka Kopaba (21) meninggal dunia diduga akibat hipotermia atau kedinginan ekstrem, pada Minggu 20 Agustus 2023. Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) asal Deliserdang, Sumatera Utara ini meninggal di Pos 2 pada jalur pendakian Sumberbrantas.
Mahasiswa UB Meninggal, Pendakian ke Gunung Arjuno Lewat Kota Batu Ditutup Pasca-meninggalnya Yodeka Kopaba, jalur pendakian Sumberbrantas langsung ditutup mulai Senin 21 Agustus 2023. Akan dibuka kembali setelah dievaluasi oleh tim pengelola.
Aadanya pendaki yang meninggal di Gunung Arjuno membuat cerita-cerita horor seputar gunung tersebut kembali muncul.

Gunung Arjuno (MPI/Avirista)
Praktisi spiritual Ki Mudo Leksono menuturkan bahwa penerawangan mata batinnya di Gunung Arjuno, ada sebuah permukiman gaib yang kerap mengganggu aktivitas pendaki di gunung.
Permukiman ini dihuni oleh beberapa makhluk menyerupai manusia namun berpakaian Jawa zaman dahulu lengkap dengan keris dan parang hingga blangkonya.
"Memang di sana banyak aktivitas gaib yang tidak bisa dilihat semua orang. Orang-orangnya pakai pakaian Jawa zaman dahulu, ya pakai blangkon dan keris juga," kata Ki Mudo Leksono.
"Caranya berpakaian memang kerajaan, enggak pakai blangkon, pakai telanjang dada. Ada yang bangsawan pakai kain sedikit, seperti di film-film," imbuhnya.
Sering juga aktivitas gaib layaknya acara pernikahan seperti bunyi gamelan, atau musik-musik Jawa di masa lalu. Aktivitas itu bahkan kerap kali mengganggu pendakian jika tak waspada dan konsentrasinya lengah.
"Di pasar kelihatan banyak orang, mereka lewat seperti prajurit, aktivitasnya kalau malam mulai, habis magrib sampai pagi. Itu kayak di pasar, cuma di sana seperti zaman dahulu. Ada istana kerajaan gaib juga, ya persis ada rajanya juga," katanya.
Di sisi lain, pendaki Gunung Arjuno yang pernah tersesat Muhammad Naam juga mengakui adanya aktivitas gaib yang tinggi di gunung setinggi 3.339 Mdpl. Ia mengaku kerap kali melihat orang-orang dengan penampilan aneh saat tersesat di hutan Gunung Arjuno. Dirinya bahkan melihat istana layaknya di kerajaan-kerajaan lengkap dengan raja di dalamnya.
"Ada pendopo tempat kayak raja, jadi raja diam di depannya orang banyak, kayak di pendopo. Pendoponya besar tapi nggak ada penghalangnya. Cuma ada tiangnya saja. Di alas mana nggak tahu saya, nggak tahu posisinya dimana itu bukan alam kita," ungkap Naam dikonfirmasi terpisah.
Keanehan juga terdapat pada pepohonan yang ada di sekitarnya. Pepohonan itu memiliki tinggi yang lebih besar dan akar yang menjulang tinggi hingga ke atas. Konon akar pepohonan itu merupakan akar mimang yang kerap kali membuat orang-orang tersesat, karena hanya ada di alam tak kasat mata.
"Aneh pohonnya baru kali itu baru aku lihat, pohonnya besar-besar, kadang akarnya sampai ke atas. Kalau lihat ke arah matahari sudah nggak kelihatan. Kabut pasti, kabut mulai datang kabut itu menutupi hutan sampai mau subuh hutan tok itu. Itu (kabut) tandanya masuk di alam mereka," paparnya.

Namun selama berada di alam gaib itu Naam mengaku tak banyak berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata tersebut. Dia memilih untuk diam ketika berada di alam mereka.
"Karena pertama mereka itu acuh tak acuh jadi ya nggak mau komunikasi tetap diam, nggak tahu kehadiran saya. Makanya nggak interaksi," tukasnya.
Gunung Arjuno Welirang merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Timur yakni mencapai 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sedangkan Gunung Welirang ketinggiannya 3.156 mdpl.
Gunung Arjuno terletak bersebelahan dengan Gunung Welirang, termasuk Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Arjuno terletak dalam satu punggungan yang sama dengan puncak Gunung Welirang, dan lebih dikenal sebagai kompleks Arjuno-Welirang.

Akses pendakian di gunung setinggi 3.339 Mdpl ini bisa ditempuh melalui empat posko pendakian yakni Tretes di Prigen, Kabupaten Pasuruan, jalur Tambaksari di Purwodadi, Pasuruan, serta jalur Sumberbrantas, di Kota Batu, dan terakhir melalui jalur Lawang, Kabupaten Malang.
