5 Fakta Menarik Candi Cetho, Bangunan Peninggalan Majapahit yang Dibangun di Atas Awan

5 Fakta Menarik Candi Cetho, Bangunan Peninggalan Majapahit yang Dibangun di Atas Awan

Travel | BuddyKu | Rabu, 9 Agustus 2023 - 10:11
share

CANDI merupakan situs bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di bumi Nusantara.

Selain itu, candi juga seringkali dijadikan sebagai tempat untuk berwisata. Misalnya saja Candi Cetho yang berada di kaki Gunung Lawu.

Dikutip dari website resmi Pemkab Karanganyar, Candi Cetho merupakan salah satu candi dengan corak Hindu yang diperkirakan telah dibangun pada masa Kerajaan Majapahit , abad ke-15 Masehi.

Berdasarkan prasasti yang ditulis dengan huruf Jawa kuno di dinding gapura, candi ini diperkirakan selesai dibangun sekitar tahun 1475 Masehi dan diperkirakan dimulai pada 1451 Masehi.

Tahun 1842, Van de Vles membuat sebuah catatan ilmiah tentang Candi Cetho. Selain dirinya, ada beberapa sejarahwan dan ahli lainnya yang melakukan penelitian terhadap Candi Cetho, yaitu A.J. Bennet Kempers, K.C. Crucq, W.F. Sutterheim, N.J. Krom dan Riboet Darmosoetopo yang berkebangsaan Indonesia.

Setelah penemuan tersebut, penggalian untuk kepentingan rekonstruksi pertama kali dilakukan pada 1928 oleh Commissie vor Oudheiddienst atau Dinas Purbakala Hindu Belanda.

Sejak ditemukannya kembali candi ini, banyak wisatawan yang berkunjung ke sanakarena keunikan arsitektur Candi Cetho yang berbeda dengan candi-candi Hindu di Jawa pada umumnya.

Candi Cetho

Candi Cetho (Foto: IG/@girisunyata)

1. Salah satu candi tertinggi di Indonesia

Candi ini juga sering disebut sebagai salah satu candi tertinggi di Indonesia. Sebab Candi Cetho terletak pada ketinggian 1.496 mdpl, di kaki Gunung Lawu. Tepatnya, secara administratif candi ini berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Nama Candi pun diambil sesuai nama dusun candi ini berada. Dalam bahasa Jawa, \'Cetho\' berarti jelas. Apabila cuaca cerah, pemandangan dari candi ini akan terlihat jelas dan indah karena menyuguhkan pemandangan Kota Karanganyar dan Solo dari ketinggian, serta jajaran pegunungan, seperti Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Sindoro, dan Gunung Sumbing.

2. Arsitektur unik

Bangunan yang diperkiran didirikan pada masa pemerintahan Raja Brawijaya V ini, saat pertama kali ditemukan, berupa reruntuhan bebatuan yang berbentuk punden berundak yang terdiri dari 14 teras.

Namun hanya tersisa 13 teras setelah penemuannya kembali dan setelah pemugaran tahun 1975-1976, kini hanya tersisa 9 teras yang dapat dilihat oleh pada pengunjung.

Candi Cetho

Candi Cetho (Foto: IG/@havisd_)

Memiliki struktur yang berteras-teras memunculkan dugaan sinkretisme kultur asli Nusantara dengan Hinduisme.

Dugaan ini diperkuat oleh bentuk relief yang menyerupai wayang kulit dengan wajah tampak samping, tubuh cenderung tampak depan.

Menurut sejarah, candi ini dibangun dengan material batu andesit dengan relief yang sederhana. Patung yang terdapat di candi ini pun bila dilihat tidak mirip dengan orang Jawa, melainkan mirip dengan orang Sumeria atau Romawi.

Namun karena material terebut, para ahli sejarah menduga Candi Cetho sudah ada sebelum masa Kerajaan Majapahit.

Karena pada saat itu, Kerajaan Majapahit dibangun menggunakan bata merah dan reliefnya juga cenderung lebih kompleks dan detail dibandingkan dengan relief yang ditemukan di Candi Cetho.

3. Tempat bertapa

Pembangunan candi ini berfungsi sebagai tempat pertapaan bagi kalangan penganut kepercayaan asli Jawa/Kejawen.

Candi Cetho

Candi Cetho (Foto: IG/@havisd_)

Berdasarkan prasasti yang bertuliskan aksara Jawa pada dinding mengungkapkan, candi ini dibangun sebagai tempat peruwatan atau tempat untuk melepaskan diri dari kutukan.

4. Mitos arca Candi Cetho

Arca garuda dan kura-kura pada Candi Cetho dimaksudkan untuk menjelaskan cerita Samudramanthana dan Garudeya yang berkisah tentang kutukan dan pembebasannya.

Sedangkan archa phallus dan vagina dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau dalam hal ini adalah lahirnya kembali setelah dibebaskan dari kutukan.

5. Kain Poleng

Sebelum memasuki area Candi Cetho, para pengunjung diharuskan untuk memakai kain poleng. Hal ini dikarenakan, Candi Cetho masih sering digunakan sebagai tempat peribadatan umat Hindu.

Mirip dengan kain yang digunakan di beberapa tempat wisata di Bali, kain yang digunakan di candi ini juga memiliki motif kotak-kotak yang berwarna seperti catur, hitam dan putih. Tenang saja, pengurus candi akan menyediakan kain poleng untuk setiap pengunjung yang ingin berwisata di Candi Cetho ini.

Infografis Negeri di Atas Awan

Namun karena material terebut, para ahli sejarah menduga Candi Cetho sudah ada sebelum masa Kerajaan Majapahit. Karena pada saat itu, Kerajaan Majapahit dibangun menggunakan bata merah dan reliefnya juga cenderung lebih kompleks dan detail dibandingkan dengan relief yang ditemukan di Candi Cetho.

Topik Menarik