Melawan Belanda, Pejabat Keraton Yogya Dikebumikan di Kompleks Makam Pengkhianat

Melawan Belanda, Pejabat Keraton Yogya Dikebumikan di Kompleks Makam Pengkhianat

Travel | BuddyKu | Sabtu, 5 Agustus 2023 - 08:24
share

PERLAWANAN ke Belanda membuat Bupati Wedana Mancanegara Timur Raden Ronggo Prawirodirjo III diburu pasukan keraton Yogyakarta dan Belanda. Ia diburu dari keluar Yogyakarta hingga akhirnya tewas di tepi Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro.

Usai tewas jasad Raden Ronggo dibungkus dengan kain putih dan diserahkan kepada Purwodipuro untuk diangkut menuju Yogyakarta. Perlu waktu empat hari dari Bojonegoro menuju Yogyakarta untuk mengangkut jenazah Raden Ronggo Prawirodirjo III, tentu ini merupakan perjalanan cukup panjang.

Tiba di Yogyakarta pada 21 Desember, Sultan Hamengkubuwono II memerintahkan menaruh jenazah Raden Ronggo dan Sumonegoro dalam keranda terbuka dan digantung di persimpangan jalan di Pangurakan, dekat gardu di alun-alun utara. Pangurakan merupakan tempat menggantung keranda jenazah para penjahat yang dihukum mati.

Jenazah Raden Ronggo dan Sumonegoro diturunkan dan dikebumikan dikompleks makam para pengkhianat di Banyusumurup, Bantul, Yogyakarta, pada 22 Desember 1810, sebagaimana dikutip dari "Banteng Terakhir Kesultanan Yogyakarta : Riwayat Raden Ronggo Prawirodirjo III dari Madiun sekitar 1779 - 1810".

Ibunda Raden Ronggo, Raden Ayu Ronggo, dan dua adik- nya dibawa ke Yogyakarta dengan pengawalan setelah jenazah Raden Ronggo dan Sumonegoro sampai di Yogyakarta. Walaupun Raden Ayu Ronggo merupakan adik perempuan Sultan Hamengkubuwono II, dia diperlakukan sangat buruk oleh pemimpin pasukan yang ditunjuk Sultan Yogya Raden Tumenggung Purwodipuro, selama perjalanan dari Madiun menuju Yogyakarta.

Perlakukan buruk Purwodirpuro terhadap ibunda dan dua adik Raden Ronggo mengakibatkan pengasingan Purwodipuro ke Selomanik di Wonosobo pada Januari-September 1811, Bagelen, oleh Sultan Hamengkubuwono III. Kematian Raden Ronggo mempercepat perubahan wilayah mancanegara timur ke arah zona ekonomi di bawah kekuasaan kolonial sepenuhnya.

Berbagai tuntutan Daendels selama 1809 hingga 1810, agar wilayah timur Gunung Lawu dibuka untuk pasokan tidak terbatas berupa monopoli kayu, beras, dan bahan - bahan penting lain bagi kepentingan pantai utara pun terlaksana. Demikian juga, penanaman modal Eropa dalam pembangunan galangan kapal baru dan perusahaan penebangan yang dengan tegas pernah ditolak oleh Raden Ronggo, dan beberapa bupati di wilayah daerah mancanegara timur mendapatkan jalannya.

Topik Menarik