Bagaimana Sejarah Bertahan di Era Gempuran Hoaks dan Disinformasi?
JAKARTA - Seiring berkembangnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di zaman sekarang, mempermudah masyarakat untuk mendapatkan informasi bahkan informasi mengenai sejarah yang terjadi pada zaman dahulu.
Dengan kemajuan teknologi membuat masyarakat dapat menemukan informasi dari mana saja dan kapan saja. Banyaknya informasi yang dibaca oleh masyarakat dapat menciptakan sebuah tatanan masyarakat dengan pola pikir yang kritis dan kreatif.
Namun terdapat masalah yang bisa terjadi dengan berkembangnya teknologi, yaitu masyarakat bisa dengan mudah termakan berita hoaks yang beredar di internet.
Tak terkecuali informasi mengenai sejarah, ada beberapa kalangan masyarakat tidak bisa membedakan mana sejarah yang asli dan mana sejarah yang bersifat konspirasi.
Sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Sri Margana, M.Phil mengatakan jika kita tidak bisa menahan meluasnya sebuah informasi dan perkembangan social media yang merupakan wadah untuk semua orang mengeluarkan pendapatnya mengenai sejarah.
Oleh karena itu, sejarawan pun seharusnya perlu speak up juga terutama kita harus responsive pada setiap ada informasi-informasi historis yang mungkin tidak sesuai dengan fakta-fakta sejarah, kata Margana, dalam Special Dialogue Okezone, Rabu (2/8/2023).
Menurut Margana para sejarawan perlu mengungkapkan kebenaran mengenai suatu sejarah, bila terdapat informasi yang tidak sesuai dengan sejarah. Dan ahlinya pun harus kembali melihat pada referensi sejarah yang akurat dan kredibel dan bisa dipercaya.
Tentu saja ini adalah berdasarkan kajian-kajian akademis dari para sejarawan dengan teori metodologi yang benar sehingga itu lebih bisa dipercaya daripada sekedar teori-teori konspirasi yang banyak berkembang di sosial media, ucapnya.
