Tepung Tawar, Upacara Adat Melayu Penuh Makna yang Wajib Dilestarikan
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengunjungi Desa Wisata Pulau Penyengat di Kecamatan Tanjungpinang, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Dalam kunjungan, pada Minggu 30 Juli 2023, Sandiaga turut ditepung tawari oleh masyarakat setempat di Balai Adat Indra Perkasa, bangunan bersejarah di Pulau Penyengat.
Sandiaga ingin tepung tawar yang merupakan upacara adat masyarakat Melayu sejak zaman raja-raja terus dilestarikan, khususnya di Pulau Penyengat yang masuk dalam 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.
Menurutnya tepung tawar merupakan salah satu adat Melayu dengan kearifan budaya yang tinggi dan dapat menjadi salah satu unggulan daya tarik wisata.
Bahan prosesi tepung tawar
Ini merupakan tradisi yang sangat sarat dengan kearifan budaya kita, dan ini harus terus kita lestarikan, dan karena itu mengandung banyak sekali dari doa yang baik, sampai juga dengan pantun, maupun gurindam, kata ujar Sandiaga dikutip dari laman resmi Kemenparekraf.
KLM Teman Baik Tenggelam di Labuan Bajo, Sandiaga Susun SOP Kapal Wisata Tradisi tepuk tepung mawar merupakan upacara adat Melayu Riau peninggalan raja-raja terdahulu. Tradisi ini biasanya dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas terkabulnya satu keinginan atau usaha. Penaburan tepung tawar diiringi dengan doa dan lantunan ayat-ayat suci Alquran.
Sandiaga mengatakan tradisi tepung tawar juga mengandung makna mendoakan keselamatan orang. "Jadi ini harus kita pastikan dilestarikan yang merupakan bagian dari pada wisata edukasi," ujarnya.
Sekretaris Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepulauan Riau sekaligus Ketua Dewan Masjid Penyengat, Raja Al Hafiz, menjelaskan bahwa ada sejumlah bahan untuk melakukan prosesi tepung tawar ini. Diantaranya beras kunyit, beras putih, beras bertih, dan air tepung tawar. Ada juga daun gandarusa, daun cuang-cuang, serta daun ribu-ribu.
Jadi beras yang telah dicuci lalu dikasih serbuk kunyit, jadi beras kunyit. Ada juga padi yang digoreng, keluar seperti kembang, ada lagi air diberi beras sejuk lalu diramu. Maknanya itu memberikan doa, doa akan tamu selamat, kata Raja Al Hafiz.
Al Hafiz menjelaskan bahan-bahan tersebut juga mengandung makna. Seperti, beras kunyit yang melambangkan agar diberikan kemurahan rezeki, beras putih melambangkan kesucian, air tepung tawar melambangkan penyejuk hati.
Hadir mendampingi Sandiaga, Staf Khusus Menparekraf Bidang Akuntabilitas, Pengawasan, Reformasi, dan Birokrasi Kemenparekraf, Irien Pol Krisnandi; serta Direktur Tata Kelola Destinasi dan Pariwisata Berkelanjutan Kemenparekraf, Indra Ni Tua.

