Ingin Lestarikan Kain Nusantara, Begini Kisah Christian Rintis Usaha Batik dari Nol hingga Raih Omzet Ratusan Juta
JAKARTA, iNews.id - Indonesia memiliki banyak warisan seni dan budaya. Salah satunya, kain Batik, yang merupakan wastra Nusantara sekaligus warisan budaya Indonesia yang terkenal hingga mancanegara.
Tak heran jika banyak yang mengkreasikan kain Batik menjadi produk fashion bernilai tinggi. Christian Saputra salah satunya, owner Batik Concept yang memulai usahanya dari kecintaanya terhadap kain Nusantara itu.
Saat ini, dia adalah produsen Batik ternama di ibukota, Jakarta. Merintis karier dari nol, kini dia memiliki butik di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, dengan omzet penjualan menyentuh angka ratusan juta rupiah per bulan.
Dia mengatakan, awal ketertarikannya merintis usaha Batik sudah tercetus saat dirinya masih menyelesaikan studi di Australia. Kala itu, dia mengaku sangat tertarik pada dunia seni dan budaya.
Baginya, Batik merupakan salah satu karya seni terbaik milik Indonesia. Saya pribadi suka sekali dengan art painting. Melihat batik itu seperti melihat lukisan. Ada unsur-unsur kehalusan dalam proses pengerjaannya, jadi terasa lebih magis dan elegan, kata Christian, seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (15/7/2023).
Bermula dari situ, Christian mulai berpikir untuk terjun ke dunia usaha. Hingga akhirnya pada 2010, Christian pulang ke Indonesia, di mana saat itu dia mendengar kabar bahwa pemerintah sedang gencar-gencarnya mempromosikan Batik.
Apalagi, Batik baru ditetapkan sebagai salah satu Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO. Kami optimis bisa membantu melestarikan budaya sekaligus membawa batik ke kancah internasional, ujar dia.
Namun di lain sisi, Christian melihat bahwa banyak pembatik-pembatik muda yang enggan meneruskan usaha orang tua mereka. Fakta tersebut didapatkan saat melakukan road trip ke lima kota produsen Batik untuk keperluan research.
Batik itu dying tradition. Tradisi yang nyaris mati, karena banyak pembatik muda yang kebih memilih bekerja di pabrik atau kantoran seiring meningkatnya pendidikan mereka. Sementara proses pengerjaan Batik tulis itu kan membutuhkan waktu yang lama, ujar dia.
Dia dan partnernya, Juan dan Gisella, melakukan road trip ke sejumlah kota produsen Batik selama kurang lebih satu tahun. Mulai dari Cirebon, Garut, Pekalongan, Solo, hingga beberapa daerah di Jawa Timur.
Tujuan utamanya murni untuk mempelajari batik, mulai dari proses pengerjaannya hingga distribusi dari hulu ke hilir. Karena setiap daerah ada kelebihannya masing-masing. Contoh kecilnya cuaca dan kualitas air. Itu saja bisa memengaruhi kualitas batik yang diproduksi, jelas dia.
Berbekal pengalaman roadtrip dan riset selama bertahun-tahun, akhirnya pada tahun 2015, Christian, Juan dan Gisella merilis brand batik mereka. Modal awalnya enggak banyak sekitar Rp20 juta dan itu joinan juga, kisah dia.
Setelah itu, usaha Christian semakin berkembang pesat. Dia bahkan memutuskan untuk membuka workshop di ruang tamu rumah salah satu partnernya dan mulai mencoba berjualan online melalui platform media sosial seperti Instagram.
Setelah berjualan online, omzet kami meningkat signifikan. Waktu itu kami memanfaatkan momen berkolaborasi dengan sejumlah influencer untuk membentuk pasar sekaligus setting the new trend, kata Christian.
Christian mengatakan, dia ingin menjadikan anak muda sebagai salah satu target marketnya. Sebab, dia ingin anak-anak muda turut melestarikan Batik.
Kami ingin citra batik itu bisa dipakai semua orang, termasuk anak-anak muda. Kalau mereka tidak suka batik yang motifnya terlalu tradisional, atau warna sogaan. Kami punya produk yang sudah disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan pastinya mengikuti trend yang sedang happening, ujar dia.
Tak berhenti di situ saja, dia juga mengeluarkan inovasi baru lewat konsep Bespoke Batik atau custom tailor. Konsep ini memungkinkan para customer untuk mendapatkan setelan batik impian mereka hanya dengan one stop service.
Kami salah salah satu pioneer bespoke batik untuk anak muda. Jadi kami menawarkan service end to end untuk para costumer, terang Christian.
Kemudian pada tahun 2018, Christian memantapkan diri untuk membuka butik khusus di bilangan Menteng, Jakarta Pusat. Karena market kami sudah ada, kami juga memiliki signature produk berupa batik tenun yang sangat versatile untuk anak muda. Akhirnya kami yakin membuka butik, kata dia.
Kini, omzet yang diraihnya bisa menyentuh angka hingga ratusan juta rupiah per bulan. Selain dari kalangan selebriti dan influencer, Christian juga kebanjiran pesanan dari para pejabat pemerintahan. Customer base kami jadi lebih luas. Banyak dari kedutaan, seperti kedutaan besar Australia hingga Singapura. Terakhir, Chiev Navy Singapura yang memesan batik ke kami. Jadi kalau mereka visit Indonesia dan ada acara mereka perlu batik, kata Christian.


