Dodol Betawi Menjadi Kuliner Khas Peringatan HUT Kota Jakarta, Berikut Filosofi Dan Sejarahnya

Dodol Betawi Menjadi Kuliner Khas Peringatan HUT Kota Jakarta, Berikut Filosofi Dan Sejarahnya

Travel | BuddyKu | Kamis, 22 Juni 2023 - 14:36
share

AKURAT.CO, Hari Ulang Tahun Kota Jakarta diperingati setiap tanggal 22 Juni. Hari ini masyarakat DKI Jakarta merayakan HUT Kota Jakarta yang ke 496. Salah satu ciri khas dalam perayaan ini adalah kulinernya. Dodol Betawi dengan ciri khasnya yang menggoda, menjadi kuliner yang tidak dapat dilewatkan saat merayakan ulang tahun Jakarta.

Dodol Betawi memiliki keunikan sendiri dengan warna yang hitam kecoklatan sangat menggugah selera. Variasi rasa dari makanan ini juga lebih sederhana dibandingkan dengan dodol dari daerah lain.

Dodol Betawi terdiri dari beberapa rasa seperti ketan putih, ketan hitam, dan durian. Proses pembuatan dodol ini sangat rumit. Dimulai dari persiapan bahan-bahan yang terdiri dari gula merah, ketan, gula pasir dan juga santan.

Teknik membuat dodol ini sangat istimewa. Cara memasaknya adalah menggunakan tungku dan kayu bakar selama 8 jam. Hal ini memerlukan keahlian khusus supaya mendapatkan hasil yang sempurna.

Dodol Betawi umumnya disajikan sebagai hidangan istimewa dalam perayaan pesta, Bulan Ramadhan, Idul Fitri atau Idul Adha. Dodol Betawi ini tidak hanya dapat dijumpai di Jakarta saja. Sekarang dodol ini ada di berbagai daerah.

Dodol Betawi ini tidak hanya sekedar makanan atau oleh-oleh biasa. Makanan ini memiliki sejarah dan filosofi yang mendalam.

Dikutip dari beberapa sumber, Kamis (22/6/2023), berikut sejarah dan filosofi dodol Betawi.

Sejarah Dodol Betawi

Dodol Betawi menjadi bagian dari warisan budaya suku Betawi yang harus dijaga dan dilestarikan. Niai sejarah yang terkandung di dalamnya menambah makna yang lebih dalam.

Sejarah makanan ini tidak lepas dari pengaruh para pedagang yang datang ke Indonesia. Mereka membawa resep dan teknik pembuatan dodol dari negara asal mereka yang kemudian diadaptasi dengan bahan-bahan local yang tersedia.

Dahulu, dodol Betawi dikaitkan dengan status sosial msyarakat Betawi. Hal ini karena dodol termasuk makanan mewah yang hanya disajikan di acara-acara besar seperti pernikahan dan lebaran.

Apabila tidak menyajikan makanan tersebut ketika hari raya atau acara besar, maka dianggap bahwa kondisi ekonomi orang tersebut sedang tidak stabil. Dodol Betawi dijadikan standar kekayaan dan kemakmuran seseorang.

Mulanya dodol Betawi hanya terbuat dari gula aren yang dimasak dalam panic besar dan dikemas dalam daun pisang. Namun, seiring berjalannya waktu, dodol Betawi mengalami perubahandan variasi resep serta cara membuatnya.

Hingga saat ini dodol ini masih eksis dan banyak peminatnya dengan varian yang lebih banyak.

Filosofi Dodol Betawi

Setiap makanan pasti memiliki filosofinya sendiri. Begitu juga dengan dodol Betawi. Dengan melihat proses pembuatannya yang lama dan bersama-sama, makanan yang menjadi kuliner khas ulang tahun Jakarta ini memiliki simbol gotong royong, kebersamaan, dan kekeluargaan.

Pembuatan dodol ini awalnya dilakukan secara urunan menjelang hari raya. Biasanya keluarga besar Betawi akan iuran untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Setelah terkumpul, para pria akan bertugas mengaduk adonan sementara Wanita bertugas menyiapkan bahan-bahan.

Setelah makanan itu jadi, maka dibagikan secara adil kepada keluarga yang sudah melakukan iuran diawal. Dengan hak ini masyarakat Betawi memaknai makanan ini sebagai ikatan persaudaraan dan gotong royong.

Selain menjadi simbol gotong royong, proses pembuatan kuliner ini juga sering dimanfaatkan untuk momen mencari pasangan atau jodoh oleh masyarakat Betawi karena proses pembuatnya yang lama dan bersama-sama. Di momen inilah mereka yang belum berpasangan akan memanfaatka untuk berkenalan dengan lawan jenis.

Demikianlah sejarah dan filosofi dari kuliner khas ulang tahun Kota Jakarta.

Topik Menarik